BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tembakau
merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia termasuk Indonesia.
Produk tembakau yang utama diperdagangkan adalah daun tembakau dan rokok.
Tembakau dan rokok merupakan produk bernilai tinggi, sehingga bagi beberapa
negara termasuk Indonesia berperan dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai
salah satu sumber devisa, sumber penerimaan pemerintah dan pajak (cukai),
sumber pendapatan petani dan lapangan kerja masyarakat (usaha tani dan
pengolahan rokok). Di samping itu, tembakau adalah produk pertanian
yang diproses dari daun
tanaman dari genus Nicotiana. Tembakau dapat dikonsumsi,
digunakan sebagai pestisida, dan dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan
sebagai obat. Jika dikonsumsi, pada umumnya tembakau dibuat menjadi rokok, tembakau kunyah,
dan sebagainya. Tembakau telah lama digunakan sebagai entheogen di Amerika.
Kedatangan bangsa Eropa ke Amerika Utara memopulerkan perdagangan tembakau
terutama sebagai obat penenang. Kepopuleran ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi
Amerika
Serikat bagian selatan
Tembakau adalah jenis komoditi yang
dikenakan cukai oleh negara. Penerapan cukai terhadap tembakau sudah
dilaksanakan pada zaman kerajaan di Indonesia. Para pedagang yang melakukan
perdagangan di Indonesia harus membayar cukai terlebih dahulu sebelum
diperbolehkan menjual dagangannya (barrier tariff). Selain membayar
cukai, para pedagang juga harus membayar pula barang persembahan untuk raja,
bendahara, tumenggung, dan syahbandar yang membawahinya. Keseluruhan
persembahan ini berjumlah 1% atau 2%.
Industri Hasil Tembakau berkontribusi
bagi penerimaan negara melalui cukai. Pengutipan cukai tembakau sekarang ini
memperlihatkan peningkatan rata-rata 13,64% dari Rp. 29 triliun pada tahun 2004
menjadi Rp. 49 triliun pada tahun 2008. 9 Cukai hasil tembakau tersebut
menyumbang Rp. 50,2 triliun yang merupakan jumlah penerimaan cukai pada tahun
2008.10 Pada tahun 2009 penerimaan negara dari cukai hingga akhir Oktober
mencapai Rp. 46,201 triliun. Berdasarkan gambaran tersebut, maka pada dasarnya
penerimaan cukai dari Industri Hasil Tembakau berupa rokok memiliki potensi
yang cukup besar dalam meningkatkan peranannya sebagai salah satu sumber dana
pembangunan. Dari sisi penerimaan negara berupa devisa, nilai ekspor tembakau
dan hasil tembakau juga memegang peranan yang cukup penting. Meskipun mengalami
sedikit perlambatan pertumbuhan pada tahun 2008, namun secara keseluruhan nilai
ekspor tembakau menunjukkan tren yang terus meningkat. Secara rata-rata nilai
ekspor tembakau mencatat pertumbuhan sebesar 9,2% dalam lima tahun terakhir.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa
sajakah manfaat dari tembakau?
2.
Bagaimanakah
cara pembuatan pestisida nabati dari
limbah tembakau?
3.
Bagaimanakah permintaan
dunia, regional dan domestik dari tembakau?
4.
Bagaimanakah konsumsi dan tarif cukai tembakau di Indonesia?
5.
Bagaimanakah cara berbudidaya tembakau?
1.3 Tujuan
Tujuan
disusunnya makalah
ini adalah untuk mengetahui :
1.
Apa
saja manfaat dari tembakau
2.
Cara
pembuatan pestisida nabati dari limbah tembakau
3.
Permintaan
dunia, regional dan domestic dari tembakau
4.
Konsumsi dan Tarif Cukai Tembakau di Indonesia
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi Tembakau
Tembakau adalah produk pertanian
yang diproses dari daun
tanaman dari genus Nicotiana. Tembakau dapat dikonsumsi,
digunakan sebagai pestisida, dan dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan
sebagai obat. Jika dikonsumsi, pada umumnya tembakau dibuat menjadi rokok, tembakau kunyah,
dan sebagainya
Tembakau
(Nicotiana spp., L.) adalah genus tanaman yang berdaun lebar yang berasal dari
daerah Amerika Utara dan Amerika Selatan. Daun dari pohon ini sering digunakan
sebagai bahan baku rokok, baik dengan menggunakan pipa maupun digulung dalam
bentuk rokok atau cerutu. Daun tembakau dapat pula dikunyah atau dikulum, dan
ada pula yang menghisap bubuk tembakau melalui hidung.
Dalam
Bahasa Indonesia tembakau merupakan serapan dari bahasa asing. Bahasa Spanyol
"tabaco" dianggap sebagai asal kata dalam bahasa Arawakan,
khususnya, dalam bahasa Taino
di Karibia,
disebutkan mengacu pada gulungan daun-daun pada tumbuhan ini (menurut Bartolome de Las Casas,
1552) atau bisa juga dari kata "tabago", sejenis pipa berbentuk y
untuk menghirup asap tembakau (menurut Oviedo, daun-daun tembakau dirujuk
sebagai Cohiba, tetapi Sp. tabaco (juga It. tobacco) umumnya digunakan untuk
mendefinisikan tumbuhan
obat-obatan sejak 1410,
yang berasal dari Bahasa Arab
"tabbaq", yang dikabarkan ada sejak abad ke-9,
sebagai nama dari berbagai jenis tumbuhan. Kata tobacco (bahasa Inggris)
bisa jadi berasal dari Eropa, dan pada akhirnya diterapkan untuk tumbuhan
sejenis yang berasal dari Amerika.
Di Indonesia, tembakau yang baik (komersial)
hanya dihasilkan di daerah-daerah tertentu. Kualitas tembakau sangat ditentukan
oleh lokasi penanaman dan pengolahan pascapanen. Akibatnya, hanya beberapa tempat
yang memiliki kesesuaian dengan kualitas tembakau terbaik, tergantung produk
sasarannya. Berikut adalah jenis-jenis tembakau yang dinamakan menurut tempat
penghasilnya.
- Tembakau Deli, penghasil tembakau
untuk cerutu
- Tembakau Temanggung, penghasil tembakau
rajangan untuk sigaret
- Tembakau Vorstenlanden
(Yogya-Klaten-Solo), penghasil tembakau untuk cerutu dan tembakau sigaret
(tembakau Virginia)
- Tembakau Besuki, penghasil tembakau
srintil untuk sigaret
- Tembakau Madura, penghasil tembakau
untuk sigaret
- Tembakau Lombok Timur, penghasil
tembakau untuk sigaret (tembakau Virginia)
Daun tembakau
yang kerap diidentikkan dengan rokok ternyata dapat dimanfaatkan bagi kesehatan
manusia. Menurut penelitian, tembakau bisa digunakan sebagai reaktor penghasil
protein Growth Colony Stimulating Factor (GCSF), suatu hormon yang sangat
penting dalam menstimulasi produksi darah.
Tentang
khasiat daun tembakau, protein dibuat oleh DNA dalam tubuh. Jika DNA dalam
tubuh dipindahkan ke tembakau melalui bakteri, maka saat masuk kemudian
tumbuhan itu akan membuat protein sesuai DNA yang telah dimasukkan tersebut.
Kemudian, jika tumbuhan itu dipanen, maka akan didapatkan protein. Protein inilah yang bisa dipakai sebagai
protein antikanker. Selain
untuk protein antikanker, GSCF bisa juga untuk menstimulasi perbanyakan sel
tunas (stem cell) yang bisa dikembangkan untuk memulihkan jaringan fungsi tubuh
yang sudah rusak. Lebih jauh lagi dijelaskan bahwa di bidang kedokteran terdapat
produk-produk farmasi yang sekarang ini banyak digunakan, yaitu obat maupun
vaksin yang berbentuk protein.
Selain itu,
tembakau juga ternyata mengandung bahan pestisida alami. Kegunaan tersebut
mungkin bukan hal istimewa bagi kita. Namun, tembakau ternyata juga bisa menghasilkan solar sel. Sebagaimana disebutkan dalam
jurnal ACS Nano Letters, Matt Franciss, seorang asisten profesor kimia, bersama
dengan rekan-rekannya berhasil menggunakan tembakau sebagai media penghasil
solar sel. Melalui rekayasa genetika, para peneliti di University of California
berhasil menciptakan tembakau penghasil solar sel. Dengan bantuan virus yang
telah direkayasa secara genetis, tanaman tembakau dapat diprogram untuk
menghasilkan solar sell.
Mekanismenya
sangat sederhana. Virus disemprotkan ke tembakau, biarkan beberapa waktu, lalu virus akan menginveksi sel dan
menyebar ke seluruh bagian tanaman. Selagi sel-sel tembakau terinveksi, mereka
akan memproduksi chromophores yaitu bagian dari molekul yang mengubah cahaya
menjadi electron bertenaga tinggi (high powered electron). Biasanya, sel yang terinveksi akan membuat
duplikat dari virus yang menginveksinya. Pada saat itu, virus akan memaksa
tembakau untuk membuat chromophores. Setiap chromophores layaknya sebuah tangga
spiral, masing-masing berjarak dua atau tiga nanometer dari tetangganya, sebuah
jarak ideal untuk memanen electron yang dihasilkan. Untuk mendapatkan chromophores murni, tembakau harus dipanen,
dirajang untuk kemudian diekstrak. Chromophores dilarutkan untuk disemprotkan
ke lapisan plastik atau gelas lalu dikunci dengan pelapis tertentu untuk dapat
digunakan sebagai solar panel. Metode
ini diklaim lebih ramah lingkungan dan lebih murah. Para peneliti telah lama
menyadari bahwa alam adalah inspirasi teknologi terbaik untuk ditiru. Tanaman
adalah pemanfaat energi matahari yang paling efisien, misalnya untuk
menghasilkan gula melalui proses fotosintesis.
Perkembangan
ini tentunya memberikan angin segar bagi petani tembakau. Mungkin di masa yang
akan datang, tembakau tidak lagi dikenal sebagai tanaman penyebab kanker
paru-paru lagi.
BAB
III
ISI
DAN PEMBAHASAN
3.1 Manfaat
Tembakau
Pada umumnya masyarakat hanya mengetahui
Nicotiana Tabacum atau yang dikenal sebagai tembakau sebagai bahan baku utama
rokok, dan tentu saja banyak yang menganggap daun ini hanya memiliki dampak
negatif, namun ada baiknya jika anda mengetahui bebrapa manfaat dari daun ini.
1. Hasilkan Protein Anti Kanker
Menurut peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), DR Arief Budi Witarto, tembakau
tidak selalu berkonotasi negatif sebagai penyebab kanker, tanaman tersebut
dapat pula menghasilkan protein anti-kanker yang berguna bagi penderita kanker. Selain untuk protein antikanker,
tembakau bisa juga untuk menstimulasi perbanyakan sel tunas (stemcell) yang
bisa dikembangkan untuk memulihkan jaringan fungsi tubuh yang sudah rusak. Selain itu, tembakau juga mampu mencegah
kanker mulut rahim. Tembakau mengandung sumber protein yang dapat menstimulasi
antibody terhadap human papilloma virus (HPV), yang menjadi penyebab kanker mulut
rahim.
2. Melepaskan Gigitan Lintah
Manfaat tembakau, selain bisa diekstrak dan diambil bagian tertentu seperti
nikotin yang digunakan di berbagai macam produk baik makanan maupun minuman,
tembakau juga bisa kita gunakan untuk melepaskan gigitan lintah kalo lagi di
dalam hutan, tembakau juga bisa digunakan untuk insektisida karena nikotin yang
terkandung merupakan neurotoxin yang sangat ampuh untuk serangga.
3. Obat Diabetes & Antibodi
Para ilmuwan berhasil
menggunakan tembakau yang dimodifikasi secara genetik untuk memproduksi obat
diabetes dan kekebalan tubuh. Hasil penelitian itu dipublikasikan dalam jurnal
BMC Biotechnology.
4. Anti Radang
Ilmuwan dari beberapa lembaga
penelitian Eropa berpartisipasi dalam proyek bertajuk “Pharma-Planta” yang dipimpin
Profesor Mario Pezzotti dari Universitas Verona itu. Mereka membuat tembakau
transgenik yang memproduksi interleukin-10 (IL-10), yang merupakan cytokine
anti-radang yang ampuh. Cytokine adalah protein yang merangsang sel-sel
kekebalan tubuh agar aktif. Kode
genetik (DNA) yang mengode IL-10 ditanam dalam tembakau, lalu tembakau akan
memproduksi protein tersebut. Mereka mencoba dua versi IL-10 yang berbeda. Satu
dari virus, yang lainnya dari tikus. Para peneliti menemukan, tembakau dapat
memproduksi dua bentuk IL-10 itu dengan tepat. Produksi cytokine yang aktif
cukup tinggi, yang mungkin dapat digunakan lewat proses ekstraksi dan
pemurnian.
Langkah selanjutnya, IL-10 hasil
tembakau itu diberikan kepada tikus untuk meneliti seberapa efektif ia
membangkitkan kekebalan tubuh. Penelitian menggunakan IL-10 hasil tembakau
dalam dosis kecil dapat membantu mencegah kencing manis atau diabetes melitus
tipe 1. Diabetes melitus tipe 1 atau diabetes anak-anak dicirikan dengan
hilangnya sel beta penghasil insulin pada pankreas. Sehingga terjadi kekurangan
insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita anak-anak maupun orang
dewasa.
5. Obat HIV/AIDS
Tembakau juga bisa menghasilkan protein obat human
immunodeficiency virus (HIV) penyebab AIDS, yang disebut griffithsin. HIV
adalah virus yang menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia. Bedanya,
bukan tembakaunya yang menghasilkan protein, melainkan virus tembakaunya.
6. Pemelihara Kesehatan Ternak
Ekstrak tembakau (nikotin 1,68%)
mempunyai ptensi untuk membasmi cacing H. contortus. Sebagai akibatnya hasil
pengobatan akan memberikan keuntungan bagi para pemelihara ternak, sebab
kesehatan ternak tersebut makin baik.
7. Penghilang Embun
Tembakau bisa juga digunakan
untuk menghilangkan “embun” pada kaca dalam mobil pada waktu hujan dengan cara
menggosokkan tembakau pada kaca tersebut.
8. Obat Luka
Untuk obat luka dipakai ± 25
gram daun segar Nicotiana tabacum, dicuci dan ditumbuk sampai lumat. ditambah
minyak tanah ± 25 ml diperas dan disaring. Hasil saringan dioleskan pada luka.
9. Bisnis Tembakau
Semakin meningkatnya kebutuhan
tembakau dunia sementara produktifitasnya begitu terbatas, maka tidak menutup
kemungkinan bahwa keuntungan berbisnis komoditi tembakau juga akan memberikan
keuntungan yang maksimal.
10. Sebagai Biofuel
Baru-baru ini, para peneliti
dari Laboratorium Bioteknologi Universitas Thomas Jefferson telah
mengidentifikasi beberapa teknik untuk meningkatkan kadar minyak nabati dalam
daun tanaman tembakau, hal tersebut merupakan langkah awal dalam memanfaatkan
tanaman ini untuk keperluan biofuel. Hasil penelitian mereka ini kemudian
dipublikasikan di Jurnal Plant Biotechnology.
Menurut Vyacheslav Andrianov,
Ph.D., asisten profesor di bidang Biologi Kanker di Lab. Jefferson Medical
College of Thomas Jefferson University, tembakau dapat menghasilkan biofuel
lebih efisien daripada produk pertanian lainnya. Namun, sebagian besar
minyaknya hanya terkandung di dalam biji/ benih tembakau (sekitar 40 persen
minyak per berat kering). Meskipun
kandungan minyak nabati biji tembakau telah diuji dan dapat digunakan sebagai
bahan bakar mesin diesel, namun produksi biji tanaman tembakau masih sangat
rendah, yakni sekitar 600 kg biji per hektar. Dr Andrianov dan rekan-rekannya
kemudian berusaha untuk merekayasa gen penghasil minyak nabati biji tembakau
ini agar pembentukan minyak nabati pada tajuk tanaman tembakau seoptimal kadar
minyak dari biji tembakau. Memungkinkan juga sebagai alternatif
energi untuk mengurangi global warming.
3.2 Pestisida Nabati dari Limbah Tembakau
Tembakau
merupakan produk pertanian yang diproses dari daun tanaman dari genus Nicotiana.
Kandungan nikotin yang ada dalam tembakau merupakan golongan alkaloid yang
terdapat dalam famili Solanaceae. Kadar nikotin berkisar antara 0,6 –
3,0% dari berat kering tembakau, dimana proses biosintesisnya terjadi di akar
dan terakumulasi pada daun tembakau. Nikotin terjadi dari biosintesis unsur N
pada akar dan terakumulasi pada daun. Nikotin yang berfungsi sebagai bahan
kimia antiherbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang sangat sensitif bagi
serangga menyebabkan nikotin dapat digunakan sebagai pestisida.
Limbah
tembakau terdiri atas:
- Sisa rajangan daun
- Stem (batang
tembakau) merupakan limbah padat yang dihasilkan oleh agroindustri
tembakau dengan kuantitas yang mencapai 20% per tahun dari jumlah produksi
tembakau
Limbah
tanaman tembakau inilah yang dimanfaatkan agar tidak menyebabkan pencemaran
lingkungan.
Pestisida organik dapat
dibagi menjadi 2, yaitu:
- bahan aktifnya berasal dari
mikroorganisme, seperti cendawan, bakteri, nematoda, atau virusÞPestisida
hayati (biopestisida)
- bahan aktifnya berasal dari
tumbuh-tumbuhanÞPestisida
nabati
Fungsi pestisida
organik yaitu sebagai :
- Repelan : menolak kehadiran
serangga. Misal: dengan bau yang menyengat
- Antifidan : mencegah serangga
memakan tanaman yang telah disemprot
- Merusak perkembangan telur, larva,
dan pupa
- Menghambat reproduksi serangga
betina
- Mengacaukan sistem hormon di dalam
tubuh serangga
- Atraktan : pemikat kehadiran
serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga
- Mengendalikan pertumbuhan
jamur/bakteri
Keunggulan Pestisida
Organik
- Murah dan mudah dibuat sendiri oleh
petani
- Relatif aman terhadap lingkungan
- Tidak menyebabkan keracunan pada
tanaman
- Sulit menimbulkan kekebalan
terhadap hama
- Kompatibel digabung dengan cara
pengendalian yang lain
- Menghasilkan produk pertanian yang
sehat karena bebas residu pestisida kimia.
Hama yang dapat
dikendalikan menggunakan pestisida organik adalah berbagai jenis serangga,
terutama : ulat, kutu daun, belalang, kepik, dan telur keong mas.
Metode
Pembuatan Pestisida Organik Dari Tembakau
Alat
:
- Pisau / alat pencacah
- Alat penumbuk atau blender
- Ember
- Alat penyemprot
Bahan :
- 100 – 250 gram sisa rajangan daun
tembakau atau batang tembakau
- Air
- Kain
Cara Pembuatan :
- Keringkan 100-250 gram daun/batang
tembakau
- Haluskan daun/batang tembakau yang
telah kering dengan cara ditumbuk atau diblender
- Rendam daun/batang tembakau yang
telah halus di dalam 1 L air selama 24 jam
- Saring larutan menggunakan kain
furing
- Encerkan larutan hasil saringan di
dalam 1 L air. Cek airnya hingga berwarna coklat teh. Jika terlalu gelap,
cairkan dengan air
- Semprotkan larutan tersebut ke
tanaman.
Pestisida tembakau ini
sebaiknya tidak digunakan pada paprika, tomat, terong, atau tanaman lain dari
famili solanaceous, karena kandungan zat yang ada dalam tembakau dapat membunuh
tanaman tersebut.
Tanaman yang termasuk
Solanaceous Family terdiri atas :
- Tanaman pangan: tomat, terong,
kentang, paprika
- Tanaman obat: mandrake, henbane
- Tembakau
Teknik Aplikasi &
Dosis Penggunaan Pestisida Organik
- Dosis 1 : 1 yaitu 1 L larutan
dicampur dengan 1 L air
- Penyemprotan 1 minggu 1 kali
- Pencairan harus habis 1 kali
pemakaian
- Dapat diaplikasikan dengan
menggunakan alat semprot (sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada
umumnya
- Disemprotkan ke tanaman yang
terkena hama pada daun dan batangnya.
3.3 Permintaan Dunia,
Regional dan Domestik Tembakau
Total
konsumsi dunia akan produk hasil tembakau/rokok tahun 2000 sebesar 5,50 triliun
batang atau meningkat 1,4% dalam kurun
waktu 10 tahun (dari tahun 1990) sebesar 5,42 triliun batang. Dengan asumsi
tingkat pertumbuhan yang sama maka diperkirakan konsumsi produk hasil
tembakau/rokok tahun 2010 sebesar 5,58 triliun batang.
Negara
utama yang mengkonsumsi rokok terbesar di dunia tahun 2004 adalah China
(1.790 milyar batang), USA (499 milyar
batang), Rusia (380 milyar batang), Jepang (216 milyar 9 batang) dan
Indonesia (204 milyar batang), sehingga
total keseluruhan konsumsi dari 5 (lima) negara tersebut sebesar 3.089 milyar
batang atau 56% dari konsumsi dunia. Negara-negara yang memiliki tingkat
konsumsi rokok yang tergolong tinggi antara lain negara-negara Eropa Timur, Brasil, Turki, Jerman, Philipina
dan Korea.
Sedangkan
di tingkat domestik, konsumsi rokok
(rokok kretek, rokok putih dan cerutu) pada tahun 2000 mencapai 215 milyar
batang atau meningkat 38 % (3,8 % per tahun) dalam kurun waktu 10 tahun (tahun
1990) sebesar 155 milyar batang. Untuk
tahun 2010 dengan asumsi tingkat pertumbuhan 3,2 % karena adanya upaya
pengendalian konsumsi diperkirakan permintaan domestik dipertahankan mencapai
240 milyar batang. Total produksi dunia pada tahun 2004 sebesar 5,53 triliun
batang dengan pertumbuhan 1,4 % pertahun dan prediksi tahun 2010 sebesar 6,35
triliun batang.
Di
tingkat domestik produksi rokok mengalami tingkat produksi tertinggi yaitu
pada tahun 2000 sebesar 239,5 milyar
batang. Namun dengan adanya kebijakan kenaikan cukai yang tinggi produksi rokok
mengalami penurunan hingga hanya mencapai 192,3 milyar batang pada tahun 2003.
Dalam tahun 2007 produksi rokok mencapai 231,0 milyar batang dan tahun 2008
dengan mempertimbangkan aspek ekonomi ditargetkan produksi rokok mencapai 240
milyar batang atau meningkat rata-rata
3,2% per tahun dan tahun 2015
ditargetkan produksi rokok sebesar 260 milyar batang atau meningkat 1,4 % per
tahun.
3.4 Konsumsi dan Tarif Cukai
Tembakau di Indonesia
Konsumsi Tembakau di Indonesia
sebanyak 57 juta penduduk Indonesia merokok :
·
Persentase penduduk yang merokok pada tahun 2004 adalah 34 persen, angka
ini meningkat dari 27 persen pada tahun 1995.
·
63 persen penduduk laki-laki merokok (meningkat dari 53 persen pada
tahun 1995); penduduk perempuan yang merokok adalah 4,5 persen.
·
Dari penduduk yang mengkonsumsi tembakau, 97 persen merokok. Mayoritas
perokok (88 persen) mengkonsumsi rokok kretek.
·
78 persen perokok mulai merokok sebelum umur 19 tahun. Rata-rata umur
mulai merokok pertama kali adalah 17,4 tahun.
·
Lebih dari 97 juta penduduk Indonesia dan 70 persen anak-anak di bawah
umur 15 tahun adalah perokok pasif yang terus menerus terpapar asap rokok.
·
Persentase tarif cukai terhadap HJE yang ditetapkan pemerintah adalah 31
persen, sedangkan tarif maksimum yang diperbolehkan undang-undang adalah 57
persen.
·
Rata-rata tarif cukai tembakau di Indonesia sebesar 37 persen dari harga
yang dibayar konsumen. Persentase ini jauh dibawah pagu internasional (global
benchmark) sebesar 70 persen dari harga jual.
Tembakau
adalah komoditi yang cukup banyak dibudidayakan petani. Untuk mendapatkan hasil panen
yang optimal PT. Natural Nusantara berusaha membantu meningkatkan produksi
secara kuantitas, kualitas dan kelestarian (Aspek K-3 ).
Syarat
pertumbuhan:
Tanaman tembakau, curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, Suhu udara yang cocok antara 21-32 derajat C, pH antara 5-6. Tanah gembur, remah, mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase, ketinggian antara 200-3.000 m dpl.
Tanaman tembakau, curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, Suhu udara yang cocok antara 21-32 derajat C, pH antara 5-6. Tanah gembur, remah, mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase, ketinggian antara 200-3.000 m dpl.
Pembibitan
:
ü Jumlah benih + 8-10 gram/ha, tergantung
jarak tanam
ü Biji utuh, tidak terserang penyakit dan
tidak keriput
ü Media semai = campuran tanah (50%) +
pupuk kandang matang yang telah dicampur dengan Natural GLIO (50%). Dosis pupuk
untuk setiap meter persegi media semai adalah 70 gram DS dan 35 gram ZA dan
isikan pada polybag
ü Bedeng persemaian diberi naungan berupa
daun-daunan, tinggi atap 1 m sisi Timur dan 60 cm sisi Barat
ü Benih direndam dalam POC NASA 5 cc per
gelas air hangat selama 1-2 jam lalu dikeringanginkan
ü Kecambahkan pada baki/tampah yang diberi
alas kertas merang atau kain yang dibasahi hingga agak lembab. Tiga hari
kemudian benih sudah menampakkan akarnya yang ditandai dengan bintik putih.
Pada stadium ini benih baru dapat disemaikan
ü Siram media semai sampai agak
basah/lembab, masukan benih pada lubang sedalam 0,5 cm dan tutup tanah
tipis-tipis
ü Semprot POC NASA (2-3 tutup/tangki)
selama pembibitan berumur 30 dan 45 hari
ü Bibit sudah dapat dipindahtanamkan ke
kebun apabila berumur 35-55 hari setelah semai
Pengolahan Media Tanam :
ü Lahan disebari pupuk kandang dosis 10-20
ton/ha lalu dibajak dan dibiarkan + 1 minggu
ü Buat bedengan lebar 40 cm dan tinggi 40
cm. Jarak antar bedeng 90-100 cm dengan arah membujur antara timur dan barat
ü Lakukan pengapuran jika tanah masam
ü Siram SUPERNASA dengan dosis : 10 - 15
botol/ha
ü Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA
diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk
Kemudian
setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram.Alternatif ke
dua : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk
menyiram + 10 meter bedengan. Sebarkan Natural GLIO 1-2 sachet dicampur pupuk
kandang matang 25-50 kg secara merata ke bedengan.
Pembuatan Lubang Tanam :
Apabila
diinginkan daun yang tipis dan halus maka jarak tanam harus rapat, sekitar 90 x
70 cm. Tembakau Madura ditanam dengan jarak 60 x 50 cm yang penanamannya
dilakukan dalam dua baris tanaman setiap gulud. Jenis tembakau rakyat/rajangan
umumnya ditanam dengan jarak tanam 90 x 90 cm dan penanamannya dilakukan satu
baris tanaman setiap gulud, dan jarak antar gulud 90 cm atau 120 x 50 cm.
Cara Penanaman
:
Basahi
dan sobek polibag lalu benamkan bibit sedalam leher akar
Waktu tanam pada pagi hari atau sore hari.
Waktu tanam pada pagi hari atau sore hari.
Penyulaman
:
Penyulaman
dilakukan 1- 3 minggu setelah tanam, bibit kurang baik dicabut dan diganti
dengan bibit baru yang berumur sama.
Penyiangan
:
Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan pembumbunan yaitu setiap 3 minggu sekali.
Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan pembumbunan yaitu setiap 3 minggu sekali.
Pemupukan :
Dosis tergantung jenis tanah dan varietas.
Dosis tergantung jenis tanah dan varietas.
Waktu Pemupukan |
Dosis Pupuk Makro (kg/ha) |
||
Urea/ZA |
SP - 36 |
KCl |
|
Saat Tanam |
- |
300 |
- |
Umur 7 HST |
300 |
- |
150 |
Umur 28 HST |
300 |
- |
150 |
TOTAL |
600 |
300 |
300 |
Ket
: HST = hari setelah tanam
Penyemprotan
POC NASA dosis 4-5 tutup / tangki atau lebih bagus POC NASA (3-4 tutup)
dicampur HORMONIK (1-2 tutup) per tangki setiap 1- 2 minggu sekali.
Pengairan Dan Penyiraman :
Pengairan diberikan 7 HST = 1-2 lt air/tanaman, umur 7-25 HST = 3-4 lt/tanaman, umur 25-30 HST = 4 lt/tanaman. Pada umur 45 HST = 5 lt/tanaman setiap 3 hari. Pada umur 65 HST penyiraman dihentikan, kecuali bila cuaca sangat kering.
Pemangkasan :
Pangkas tunas ketiak daun dan bunga setiap 3 hari sekali
Pangkas pucuk tanaman saat bunga mekar dengan 3-4 lembar daun di bawah bunga.
Pengendalian Hama Dan Penyakit :
Hama :
a. Ulat Grayak ( Spodoptera litura ) Gejala : berupa lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan. Pengendalian: Pangkas dan bakar sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada pagi/sore hari , semprot Natural VITURA
b. Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon ) Gejala : daun terserang berlubang-lubang terutama daun muda sehingga tangkai daun rebah. Pengendalian: pangkas daun sarang telur/ulat, penggenangan sesaat, semprot PESTONA.
c. Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. ) Gejala: daun pucuk tanaman terserang berlubang-lubang dan habis. Pengendalian: kumpulkan dan musnah telur / ulat, sanitasi kebun, semprot PESTONA.
d. Nematoda ( Meloydogyne sp. ) Gejala : bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat, tanaman kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya mati. Pengendalian: sanitasi kebun, pemberian GLIO diawal tanam, PESTONA
e. Kutu - kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.) pembawa penyakit yang disebabkan virus. Pengendalian: predator Koksinelid, Natural BVR.
f. Hama lainnya Gangsir (Gryllus mitratus ), jangkrik (Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni (Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis).
Penyakit :
a. Hangus batang ( damping off ) Penyebab : jamur Rhizoctonia solani. Gejala: batang tanaman yang terinfeksi akan mengering dan berwarna coklat sampai hitam seperti terbakar. Pengendalian :
cabut
tanaman yang terserang dan bakar, pencegahan awal dengan Natural GLIO.
b. Lanas Penyebab : Phytophora parasitica var. nicotinae. Gejala: timbul bercak-bercak pada daun berwarna kelabu yang akan meluas, pada batang, terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan mati. Pengendalian: cabut tanaman yang terserang dan bakar, semprotkan Natural GLIO.
c. Patik daun Penyebab : jamur Cercospora nicotianae. Gejala: di atas daun terdapat bercak bulat putih hingga coklat, bagian daun yang terserang menjadi rapuh dan mudah robek. Pengendalian:
Desinfeksi
bibit, renggangkan jarak tanam, olah tanah intensif, gunakan air bersih,
bongkar dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.
d. Bercak coklat Penyebab : jamur Alternaria longipes. Gejala: timbul bercak-bercak coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang batang dan biji. Pengendalian: Dengan cara mencabut dan membakar tanaman yang terserang.
e. Busuk daun Penyebab : bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala: mirip dengan lanas namun daun membusuk, akarnya bila diteliti diselubungi oleh massa cendawan. Pengendalian: cabut dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.
f. Penyakit Virus Penyebab: virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic, (TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimu (Cucumber Mozaic Virus). Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Pengendalian: menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi di cabut dan dibakar.
Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml ( ½ tutup) pertangki.
d. Bercak coklat Penyebab : jamur Alternaria longipes. Gejala: timbul bercak-bercak coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang batang dan biji. Pengendalian: Dengan cara mencabut dan membakar tanaman yang terserang.
e. Busuk daun Penyebab : bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala: mirip dengan lanas namun daun membusuk, akarnya bila diteliti diselubungi oleh massa cendawan. Pengendalian: cabut dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.
f. Penyakit Virus Penyebab: virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic, (TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimu (Cucumber Mozaic Virus). Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Pengendalian: menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi di cabut dan dibakar.
Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml ( ½ tutup) pertangki.
Panen Dan
Pasca Penen :
Pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika daun-daunnya telah cukup umur dan telah berwarna hijau kekuning-kuningan.Untuk golongan tembakau cerutu maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat masak/hampir masak hal tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan. Sedangkan untuk golongan sigaret pada tingkat kemasakan tepat masak/masak sekali, apabila pasar menginginkan krosok yang halus maka pemetikan dilakukan tepat masak. Sedangkan bila menginginkan krosok yang kasar pemetikan diperpanjang 5-10 hari dari tingkat kemasakan tepat masak. Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas. Waktu yang baik untuk pemetikan adalah pada sore/pagi hari pada saat hari cerah. Pemetikan dapat dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali. Sortir daun berdasarkan kualitas warna daun yaitu:
a) Trash (apkiran): warna daun hitam
b) Slick
(licin/mulus): warna daun kuning muda
c)
Less slick (kurang liciin): warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon)
d) More grany side ( sedikit kasar ) : warna
daun antara kuning-oranye.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari
pembuatan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa:
Nicotiana Tabacum atau sering
disebut Tembakau merupakan bahan dasar dalam pembuatan rokok. Namun lebih dari
itu tembakau bisa dijadikan sebagai bahan dasar lain, misalnya Hasilkan Protein
Anti Kanker, Melepaskan
Gigitan lintah, Obat Diabetes
& Antibodi, anti radang, obat
AIDS dan masih banyak bahan yang lain dari pemanfaatan tembakau. Jika tembakau
dapat dirawat dengan baik maka dapat menghasilkan tembakau dengan kualitas yang
baik
Kandungan
nikotin yang ada dalam tembakau merupakan golongan alkaloid yang terdapat dalam
famili Solanaceae. Kadar nikotin berkisar antara 0,6 – 3,0% dari berat
kering tembakau, dimana proses biosintesisnya terjadi di akar dan terakumulasi
pada daun tembakau. Nikotin terjadi dari biosintesis unsur N pada akar dan
terakumulasi pada daun. Nikotin yang berfungsi sebagai bahan kimia
antiherbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang sangat sensitif bagi
serangga menyebabkan nikotin dapat digunakan sebagai pestisida.
4.2
Saran
Makalah
ini dibuat untuk memberikan penjelasan tentang pemanfaatan tembakau secara
maksimal. Sehingga dari informasi tersebut dapat dikatakan tembakau merupakan
produk pertanian yang potensial. Selain digunakan sebagai bahan pembuatan
rokok, masyarakat dapat memanfaatkan tembakau untuk pestisida nabati. Dari
pembuatan makalah ini diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan tembakau secara
maksimal karena selain manfaatnya yang sangat besar tembakau mempunyai nilai
ekonomis yang sangat tinggi.
No comments:
Post a Comment