I. PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Komoditas
pertanian (tanaman pangan, hortikultura dan peternakan) merupakan komoditas
yang sangat prospektif untuk dikembangkan mengingat potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, ketersediaan teknologi serta potensi serapan pasar di
dalam negeri dan pasar internasional yang terus meningkat. Salah satu komoditas
pertanian dari produk horyikultura yang tergolong jenis sayur mayur yang
populer adalah kankung, karena banyak peminatnya, Kangkung
termasuk suku Convolvulaceae (keluarga kangkung-kangkungan). Kangkung
banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di
mana-mana terutama di kawasan berair.
Kemajuan
teknologi dalam bidang pertanian sebagai dampak dari revolusi industri,
revolusi kimia dan revolusi hijau, mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi
secara global, namun juga membawa dampak negatif. Penggunaan sarana produksi
pertanian yang tak terbarukan (not renewable) seperti pupuk buatan dan
pestisida secara terus menerus pada sistem pertanian konvensional dan dengan
takaran yang berlebihan, menyebabkan antara lain yaitu Pencemaran air tanah dan
air permukaan oleh bahan kimia pertanian, membahayakan kesehatan manusia dan
hewan, menurunkan keanekaragaman hayati, meningkatkan resistensi organisme
pengganggu, dan menurunkan produktivitas lahan karena erosi dan pemadatan
tanah.
Kesadaran tentang
terjadinya berbagai dampak negatif tersebut meninbulkan reaksi di berbagai
tempat dan kelompok masyarakat, antara lain dengan dikembangkannya berbagai
sistem pertanian yang berorientasi “kembali ke alam”. Salah satu sistem
tersebut adalah yang disebut Pertanian Organik (Organic Farming).
Pada dasarnya
berbudidaya sayuran organik bisa dilakukan dimana saja asalkan tanahnya subur.
Sayuran seperti bayam, sawi, katuk, pak choy, caisim, selada, kangkung dan
kemangi adalah sayuran paling menguntungkan jika dibudidaya. Menariknya lagi,
budidaya sayuran pun bisa dilakukan dilahan sempit seperti pekarangan yang
berukuran tidak begitu luas. Namun jika untuk skala usaha lahan seluas 1 hektar
masih kategori sempit.
Manfaat
kangkung yang cukup besar untuk menjadi anti toksin dalam tubuh dan makanan
sehari-hari dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pemilihan budidaya
kangkung. Selain itu kangkung juga bermanfaat sebagai sayur mayur yang juga
merupakan sumber vitamin. Bahkan kemudahan dalam penanamannya bisa mempermudah
budidaya kangkung darat. Hal ini akan meningkatkan profit pendapatan agrobisnis
nasional. Dengan adanya kebutuhan akan kangkung yang tinggi, maka dibutuhkan
penjelasan akan penanaman varietas kangkung terutama kangkung darat (Ipomea
reptans).
I.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas,
tujuan dari penyusunan laporan akhir ini diantaranya adalah:
- Untuk
menjelaskan tentang pengertian usahatani dan pertanian organik
- Untuk
mengetahui gambaran umum dari kegiatan budidaya kangkung organik
- Untuk mengetahui
akan gambaran umum dari pemasaran kangkung
- Untuk
menengetahui akan hasil perhitungan pendapatan
- Untuk
menengetahui akan kelayakan usaha
- Untuk
mendeskripsikan permasalahan dan solusi pada budidaya kangkung organik
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Usahatani
Definisi Usahatani Dalam Lingkup
Ilmu Usahatani:
a. Menurut
Mosher (1968), usahatani adalah: suatu tempat atau sebagian dari permukaan
bumi di mana pertanian diselenggarakan seorang petani tertentu, apakah ia
seorang pemilik, penyakap atau manajer yang
digaji himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu
yang diperlukan untuk produksi pertanian
seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari,
bangunan-bangunan yang didirikan di atas
tanah itu dan sebagainya.
b. Prof. Bachtiar Rivai (1980), mendefinisikan usahatani sebagai oragnisasi dari
alam,kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Oragnisasi ini
ketatalaksanaanya tidak berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang
atau sekumpulan orang, segolongan social, baik yang terikat genologis, politis,
maupun territorial sebagai pengelolanya. Istilah usahatani ditulis dengan satu
kata usahatani bukan dalam dua kata usaha tani.
c. Menurut
Adiwilaga (1982), ilmu usahatani adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan
pertanian dan permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan
pengusahanya sendiri atau Ilmu usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang
petani sebagai pengusaha dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan
itu.
d. Menurut
Kadarsan (1993), usahatani adalah suatu tempat dimana
seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti
alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk
menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.
e.
Menurut
soekartawi (1995), ilmu usahatani adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana seorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada secara
efektif dan efisien untuk memperleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
sehingga uasahatani adalah himpunan dari sumber – sumber yang terdapat pada
tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air,
perbaikan – perbaiakan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan
– bangunan yang didirikan di atas tanah itu ada sebagainya.
Dari beberapa uraian dari istilah
usahatani dapat disimpulkan bahwa Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang
membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan
efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya
itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen.
Gambar
2.1 Hubungan Ilmu Usahatani Dengan Ilmu yang Lainnya
Dalam
ananalisis ilmiah konvensional, usahatani dibagai dalam berbagai macam disiplin
dab dipandang dengan sudut profesional dan ahli agronomi, nutrisi, ternak,
ekonomi sosial, dan lain – lain. Sebaliknya, justru petani memiliki bidang
keahlian khusus, mereka mengnggap usahatani sebagai suatu keseluruhan, jika
kita inigin memahami bagaimana usahatani berfungsi dan bagaimana keputusan
usahatani dimabil, haruslah usahatani dilihat sebagai suatu sistem. Usahatani
bukan sekedar kumpulan tanaman, hewan, peralatan tenaga kerja, namun suatu
jalianan yang kompleks dengan pengaruh – pengaruh lungkungan dan input – input
yang harus dikelola petani sesuai dengan kemampuannya.
Ilmu
usahatani adalah upaya penelaahan tritunggal yaitu manusia ( petani), lahan,
dan tanaman atau hewan. Maka ilmu ini menyangkut aspek manusia ( sosial), lahan
(kimia,fisika) serta tanaman atau hewan (aspek budidaya). Menurut Timmer (1947)
mengatakan bahwa ilmu ushatani itu merupakan penghubung antara ilu teknik
pertanian dengan sosial ekonomi pertanian .
2.2. Tinjauan Pertanian Organik
Pertanian organik tidak sebatas
hanya meniadakan penggunaan asupan eksternal sintetis, tetapi juga pemanfaatan
sumber-sumber alam secara berkelanjutan, produksi makanan sehat dan menghemat
energi. Aspek ekonomi dapat berkelanjutan bila produksi pertaniannya mampu
mencukupi kebutuhan dan memberikan pendapatan yang cukup untuk melaksanaan
keberlanjutan penghidupan.
Budidaya pertanian organik mengintikan pada keselarasan alam,
melalui keragaman hayati dan pengoptimalan penggunaan asupan alami yang berada
di sekitar melalui proses daur ulang bahan-bahan alami. Dalam proses
budidayanya, dari persiapan lahan hingga pemanenan tidak dapat dilepaskan
dengan interaksi kedua hal tersebut. Peralihan ke pertanian organis memerlukan
pola pikir yang baru pula. Seluruh anggota keluarga yang terlibat dalam
pengelolaan lahan harus siap dalam melakukan perubahan-perubahan dalam banyak
aspek. Yang pertama dan terpenting adalah cara pandang petani itu sendiri
terhadap pertanian organik.
Suatu penggunaan faktor
produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) kalau faktor
produksi yang dipakai menghasilkan produksi maksimum. Dikatakan efisiensi harga
atau efisiensi alokatif kalau nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor
produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisiensi ekonomi kalau usaha
pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai
efisiensi harga (Soekartawi, 2001).
Pertanian organik tidak sebatas
hanya meniadakan penggunaan asupan eksternal sintetis, tetapi juga pemanfaatan
sumber-sumber alam secara berkelanjutan, produksi makanan sehat dan menghemat
energi. Aspek ekonomi dapat berkelanjutan bila produksi pertaniannya mampu
mencukupi kebutuhan dan memberikan pendapatan yang cukup untuk melaksanaan
keberlanjutan penghidupan.
Budidaya pertanian organik mengintikan pada keselarasan alam,
melalui keragaman hayati dan pengoptimalan penggunaan asupan alami yang berada
di sekitar melalui proses daur ulang bahan-bahan alami. Dalam proses budidayanya,
dari persiapan lahan hingga pemanenan tidak dapat dilepaskan dengan interaksi
kedua hal tersebut. Peralihan ke pertanian organis memerlukan pola pikir yang
baru pula. Seluruh anggota keluarga yang terlibat dalam pengelolaan lahan harus
siap dalam melakukan perubahan-perubahan dalam banyak aspek. Yang pertama dan
terpenting adalah cara pandang petani itu sendiri terhadap pertanian organik.
Suatu penggunaan faktor
produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) kalau faktor
produksi yang dipakai menghasilkan produksi maksimum. Dikatakan efisiensi harga
atau efisiensi alokatif kalau nilai dari produk marginal sama dengan harga
faktor produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisiensi ekonomi kalau usaha
pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai
efisiensi harga (Soekartawi, 2001).
1. Faktor – faktor Produksi yang Digunakan
Faktor
produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman
tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah
input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan
besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Sedangkan
faktor – faktor produksi dibagi menjadi empat yaitu:
a. Faktor
produksi lahan
Tanah
sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu
tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi ke luar. Faktor
produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari
besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor
produksi lainnya (Mubyarto, 1995).Potensi ekonomi lahan
pertanian organik dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang berperan dalam
perubahan biaya dan pendapatan ekonomi lahan. Setiap lahan memiliki potensi
ekonomi bervariasi (kondisi produksi dan pemasaran), karena lahan pertanian
memiliki karakteristik berbeda yang disesuaikan dengan kondisi lahan tersebut.
Maka
faktor-faktornya bervariasi dari satu lahan ke lahan yang lain dan dari satu
negara ke negara yang lain. Secara umum, semakin banyak perubahan dan adopsi
yang diperlukan dalam lahan pertanian, semakin tinggi pula resiko ekonomi yang
ditanggung untuk perubahan-perubahan tersebut. Kemampuan ekonomi suatu lahan
dapat diukur dari keuntungan yang didapat oleh petani dalam bentuk pendapatannya.
Keuntungan ini bergantung pada kondisi-kondisi produksi dan pemasaran.
Keuntungan merupakan selisih antara biaya (costs) dan hasil (returns).
b. Faktor
Modal ( Sarana Produksi)
Dalam kegiatan proses produksi pertanian
organik, maka modal dibedakan menjadi dua macam yaitu modal tetap dan tidak
tetap. Perbedaan tersebut disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh model
tersebut. Faktor
produksi seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam
kategori modal tetap. Dengan demikian modal tetap didefinisikan sebagai biaya
yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses
produksi tersebut. Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relative pendek dan
tidak berlaku untuk jangka panjang (Soekartawi, 2003).
Sebaliknya dengan modal tidak tetap atau modal variabel adalah biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali dalam proses
produksi tersebut, misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli
benih, pupuk, obat-obatan, atau yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja.
Besar
kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari :
1)
Skala usaha, besar kecilnya
skala usaha sangat menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai makin besar
skala usaha makin besar pula modal yang dipakai.
2)
Macam komoditas, komoditas
tertentu dalam proses produksi pertanian juga menentukan besar-kecilnya modal
yang dipakai.
3)
Tersedianya kredit sangat
menentukan keberhasilan suatu usahatani (Soekartawi,2003).
c. Faktor Tenaga Kerja
Faktor produksi tenaga kerja, merupakan
faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi
dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi
juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
faktor produksi tenaga kerja adalah :
1)
Tersedianya tenaga kerja
Setiap proses produksi diperlukan tenaga
kerja yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan
dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga
kerja yang diperlukan ini memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan
kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja.
2)
Kualitas tenaga kerja
Dalam proses produksi, apakah itu proses
produksi barang-barang pertanian atau bukan, selalu diperlukan spesialisasi.
Persediaan tenaga kerja spesialisasi ini diperlukan sejumlah tenaga kerja yang
mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu, dan ini tersedianya adalah dalam
jumlah yang terbatas. Bila masalah kualitas tenaga kerja ini tidak
diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi. Sering
dijumpai alat-alat teknologi canggih tidak dioperasikan karena belum
tersedianya tenaga kerja yang mempunyai klasifikasi untuk mengoperasikan alat
tersebut.
3)
Jenis kelamin
Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi
oleh jenis kelamin, apalagi dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria
mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah,
dan tenaga kerja wanita mengerjakan tanam.
4)
Tenaga kerja musiman
Pertanian ditentukan oleh musim, maka
terjadilah penyediaan tenaga kerja musiman dan pengangguran tenaga kerja
musiman. Bila terjadi pengangguran semacam ini, maka konsekuensinya juga
terjadi migrasi atau urbanisasi musiman (Soekartawi, 2003).
Dalam
usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri.
Tenaga kerja keluarga ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian
secara keseluruhan dan tidak perlu dinilai dengan uang tetapi terkadang juga
membutuhkan tenaga kerja tambahan misalnya dalam penggarapan tanah baik dalam
bentuk pekerjaan ternak maupun tenaga kerja langsung sehingga besar kecilnya
upah tenaga kerja ditentukan oleh jenis kelamin. Upah tenaga kerja pria umumnya
lebih tinggi bila dibandingkan dengan upah tenaga kerja wanita. Upah tenaga
kerja ternak umumnya lebih tinggi daripada upah tenaga kerja manusia (
Mubyarto, 1995).
d.
Faktor Menejemen
Manajemen terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan dan
melaksanakan serta mengevalusi suatu proses produksi. Karena proses produksi
ini melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai tingkatan, maka
manajemen berarti pula bagaimana mengelola orang-orang tersebut dalam tingkatan
atau dalam tahapan proses produksi (Soekartawi, 2003).
Faktor manajemen dipengaruhi oleh:
1)
tingkat pendidikan
2)
Pengalaman berusahatani
3)
Skala usaha.
4)
Besar kecilnya kredit
5)
Macam komoditas.
Menurut Entang dalam Tahir Marzuki
(2005), perencanaan usahatani akan menolong keluarga tani di pedesaan.
Diantaranya pertama, mendidik para petani agar mampu berpikir dalam menciptakan
suatu gagasan yang dapat menguntungkan usahataninya. Kedua, mendidik para
petani agar mampu mangambil sikap atau suatu keputusan yang tegas dan tepat
serta harus didasarkan pada pertimbangan yang ada. Ketiga, membantu petani
dalam memperincikan secara jelas kebutuhan sarana produksi yang diperlukan
seperti bibit unggul, pupuk dan obat-obatan. Keempat, membantu petani dalam
mendapatkan kredit utang yang akan dipinjamnya sekaligus juga dengan cara-cara
pengembaliannya. Kelima,
membantu dalam meramalkan jumlah produksi dan pendapatan yang diharapkan.
Soekartawi
(2005) Perencanaan input-input dan sarana produksi mencakup kegiatan
mengidentifikasi input-input dan sarana produksi yang dibutuhkan, baik dari
segi jenis, jumlah dan mutu atau spesifikasinya. Setelah itu maka disusun
rencana dan sistem pengadaannya dua hal mendasar yang perlu menjadi titik
perhatian dalam memilih sistem pengadaan adalah membuat sendiri atau membeli.
Pengorganisasian mengenai sumberdaya berupa input-input dan sarana produksi
yang akan digunakan akan sangat berguna bagi pencapaian efisiensi usaha dan
waktu. Pengorganisasian tersebut terutama menyangkut bagaimana mengalokasikan
berbagai input dan fasilitas yang akan digunakan dalam proses produksi sehingga
proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pencapaian
efektivitas dalam pengorganisasian menekankan pada penempatan fasilitas dan
input-input secara tepat dalam suatu rangkaian proses, baik dari segi jumlah
maupun mutu dan kapasitas. Dilain pihak, pencapaian efisiensi dalam
pengorganisasian input-input dan fasilitas produksi lebih mengarah kepada
optimasi penggunaan berbagai sumberdaya tersebut sehingga dapat dihasilkan
output maksimum dengan biaya minimum. Dalam usahatani pengorganisasian
input-input dan fasilitas produksi menjadi penentu dalam pencapaian optimalitas
alokasi sumber-sumber produksi (Soekartawi, 2005).
Pengawasan dalam usaha produksi pertanian meliputi pengawasan anggaran, proses,
masukan, jadwal kerja yang merupakan upaya untuk memperoleh hasil maksimal dari
usaha produksi. Sedangkan evaluasi dilakukan secara berkala mulai saat
perencanaan sampai akhir usaha tersebut berlangsung, sehingga jika terjadi
penyimpangan dari rencana yang dianggap dapat merugikan maka segera dilakukan
pengendalian (Soekartawi, 2005).
Pengawasan
pada suatu usahatani meliputi pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi
lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan persediaan modal untuk membiayai usaha
pertanian. Dengan pengawasan yang baik terhadap penggunaan faktor-faktor
produksi dapat menentukan efisien tidaknya suatu usahatani. Seringkali dijumpai
makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian akan semakin tidak
efisien lahan tersebut. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan
mengakibatkan upaya untuk melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi
akan berkurang disebabkan lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor
produksi bibit, pupuk, obat-obatan dan terbatasnya persediaan modal untuk
pembiayaan usaha pertanian dalam skala tersebut. Sebaliknya pada luas lahan
yang sempit, upaya pengawasan terhadap faktor produksi semakin baik, sebab
diperlukan modal yang tidak terlalu besar sehingga usaha pertanian seperti ini
lebih efisien. Meskipun demikian, luasan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan
usaha yang tidak efisien pula (Soekartawi, 1999).
Selanjutnya
dikemukakan bahwa Pengendalian dalam usaha produksi pertanian berfungsi untuk
menjamin agar proses produksi berjalan pada rel yang telah direncanakan. Dalam
usahatani misalnya pengendalian dapat dilakukan pada masalah kelebihan
penggunaan tenaga manusia, penggunaan air, kelebihan biaya pada suatu tahap
proses produksi dan lain-lain.
Faktor
produksi tersebut berpengaruh pada biaya produksi sedangkan keduanya akan
mempengaruhi penerimaan usahatani. Penerimaan usahatani akan terkait dengan
jumlah produk yang dihasilkan dengan harga komoditas. Salah satu yang
menentukan komoditas adalah jumlah permintaan dan penawaran harga produk dan
faktor produksi yang sering mengalami perubahan akan berpengaruh terhadap
tingkat keuntungan yang diterima. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
usahatani adalah luas usaha, tingkat produksi, pilihan kombinasi usaha dan juga
intensitas pengusahaan tanaman (Hernanto, 1991).
Pengaruh
penggunaan faktor produksi dapat dinyatakan dalam tiga alternatif sebagai
berikut :
1.
Decreasing return to scale artinya bahwa proporsi dari penambahan faktor
produksi melebihi proporsi pertambahan produksi
2.
Constant return to scale artinya bahwa penambahan faktor produksi akan
proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh
3.
Increasing return to scale
artinya bahwa proporsi dari penambahan faktor produksi akan menghasilkan
pertambahan produksi yang lebih besar (Soekartawi,2000).
Keuntungan usahatani dapat dianalisis
dengan menggunakan analisis R/C ratio untuk mengetahui apakah usahatani
tersebut menguntungkan atau tidak dan analisis fungsi keuntungan untuk
mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh, analisis biaya per unit untuk
mengetahui keuntungan setiap unitnya (kg) (Kartasapoetra, 2001).
Menurut Soekartawi (1999), bahwa dalam melakukan usaha pertanian seorang
pengusaha atau petani dapat memaksimumkan keuntungan dengan “Profit
Maximization dan Cost Minimization”. Profit maximization adalah mengalokasikan
input seefisien mungkin untuk memperoleh output yang maksimal, sedangkan cost
minimization adalah menekankan biaya produksi sekecil-kecilnya untuk memperoleh
keuntungan yang lebih besar.
2.
Dampak
ProgramTerhadap Keberlanjutan Pertanian Masa Depan
Pertanian
organik sudah sejak lama kita kenal, saat itu semuanya dilakukan secara
tradisonal dan menggunakan bahan-bahan alamiah. Sejalan dengan perkembangan
ilmu pertanian dan ledakan populasi manusia maka kebutuhan pangan juga
meningkat. Saat itu revolusi hijau di Indonesia memberikan hasil yang
signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Dimana penggunaan pupuk kimia
sintetis, penanaman varietas unggul berproduksi tinggi (high yield variety),
penggunaan pestisida, intensifikasi lahan dan lainnya mengalami peningkatan.
Pencemaran pupuk kimia, pestisida dan lainnya akibat kelebihan pemakaian,
berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan serta kesehatan manusia.
Pemahaman akan
bahaya bahan kimia sintetis dalam jangka waktu lama mulai disadari sehingga
dicari alternatif bercocok tanam yang dapat menghasilkan produk yang bebas dari
cemaran bahan kimia sintetis serta menjaga lingkungan yang lebih sehat. Sejak
itulah mulai dilirik kembali cara pertanian alamiah (back to nature). Pertanian organik modern sangat berbeda dengan
pertanian alamiah di jaman dulu. Dalam pertanian organik modern dibutuhkan
teknologi bercocok tanam, penyediaan pupuk organik, pengendalian hama dan
penyakit menggunakan agen hayati atau mikroba serta manajemen yang baik untuk
kesuksesan pertanian organik tersebut. Pertanian organik di definisikan sebagai
“sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara
mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami,
sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.
Lebih lanjut IFOAM (International
Federation of Organik Agriculture Movements) menjelaskan pertanian organik
adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat
biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah.
Pada saat ini bagi pertanian di
Indonesia dalam peningkatan hasil produksi yaitu melalui pola pertanian dengan
metoda SRI-Organik. Metode ini menekankan pada peningkatan fungsi tanah sebagai
media pertumbuhan dan sumber nutrisi tanaman. Melalui sistem ini kesuburan tanah
dikembalikan sehingga haur-daur ekologis dapat kembali berlangsung dengan baik
dengan memanfaatkan mikroorganisme tanah sebagai penyedia produk metabolit
untuk nutrisi tanaman. Melalui metode ini diharapkan kelestarian lingkungan
dapat tetap terjaga dengan baik, demikian juga dengan taraf kesehatan manusia
dengan tidak digunakannya bahan-bahan kimia untuk pertanian.
2.3. Tinjauan Komoditas kangkung
2.3.1. Klasifikasi Kangkung
Klasifikasi Ilmiah
-
Kerajaan :
Plantae
-
Divisi : Monocotyledoneae
-
Kelas :
spermatophyta
-
Ordo :
Soleanes
-
Famili :
Convolvulaceae
-
Genus :
Ipomoea
-
Spesies : Ipomoea reptans
Tanaman kangkung Berasal dari
wilayah India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China
Selatan Australia dan bagian negara Afrika. Kangkung banyak terdapat di kawasan
Asia dan merupakan
tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan berair. Hampir dapat dipastikan masyarakat Indonesia sudah mengenal
sayuran kangkung. Tanaman Daerah penyebaran tanaman kangkung pada mulanya
terpusat (terkonsentrasi) di beberapa tempat atau negara, antara lain di
Malaysia dan sebagian kecil di Australia. Dalam perkembangan selanjutnya,
tanaman ini meluas cukup pesat di daerah Asia Tenggara. Kangkung
tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya. Di China tanaman
kankung ini disebut Weng Cai sedangkan di Eropa Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water
spinach.
Kangkung terdiri dan dua varietas,
yakni kangkung darat yang disebut kangkung cina dan kangkung air yang tumbuh
secara alami di sawah, rawa, atau parit. Berikut tabel 1 perbedaan antara
kangkung darat dan kangkung air terletak pada warna bunga. Kangkung air
berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat bunga putih bersih.
No
|
Bagian
|
Kangkung
Darat
(Ipomoea reptans)
|
Kangkung
Air
(Ipomoea aquatica)
|
1
|
Warna
Bunga
|
Putih
bersih
|
Putih
kemerah - merahan
|
2
|
Bentuk
Daun
|
Kecil
|
Besar
|
3
|
Warna
Batang
|
Putih
kehijauan – hijauan
|
Hijau
|
4
|
Kebiasaan
Biji
|
Banyak
berbiji
|
Stek
pucuk daun
|
Tabel 2.3.1. perbedaan antara
kangkung darat dan kangkung air
2.3.2. Syarat Pertumbuhan tanaman kankung
- Iklim
Tanaman
ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh pada
daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin
dengann Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan
tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman
kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak
tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi
rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang
agak rimbun.
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau
mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi)
tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung
sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di
tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai
konsumen.Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m
tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila kangkung
ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi agak
keras, sehingga tidak disukai konsumen.
- Media Tanam
Kangkung
darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik dan
tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman
kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah
membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang air.
Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi
pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat
mempertahankan kandungan air secara baik.
- Ketinggian Tempat
Kangkung
dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran
tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat maupun kangkung air,
kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah
maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan dicampur aduk.
2.3.3. Pedoman Teknis Budidaya Kankung Organik
- Pembibitan
-
Persyaratan Bibit Kankung Darat
Dalam
pemilihan bibit harus disesuaikan dengan lahan (air atau darat). Karena kalau
kangkung darat ditanam di lahan untuk kangkung air produksinya kurang baik,
warna daun menguning, bentuk kecil dan cepat membusuk.
Bibit
kangkung sebaiknya berasal dari kangkung muda, berukuran 20 -30 cm. Pemilihan
bibit harus memperhatikan hal-hal seperti berikut, batang besar, tua, daun
besar dan bagus. Penanamannya dengan cara stek batang, kemudian ditancapkan di
tanah. Sedangkan biji untuk bibit harus diambil dari tanaman tua dan dipilih
yang kering serta berkualitas baik.
-
Penyiapan benih
Benih
kangkung yang akan ditanam adalah stek muda, berukuran 20-30 cm, dengan jarak
tanam 1,5 x 15 cm. Untuk benih dari biji kangkung diambil dari tanaman yang
tua. Benih yang diperlukan untuk seluas 10 m2 atau 2 bedengan ± 300 gram, jika
tiap lubang diisi 2-3 butir biji.
-
Teknik penyiapan benih
Biji
dengan ukuran diameter 3 mm, disebar dalam baris-baris berjarak 15 cm dengan
jarak kira-kira 5 cm antara masing-masing biji. Kultivar yang berbiji dapat
tahan tanah lembab dan tumbuh baik dalam musim hujan.
-
Pemeliharaan pembenihan
Agar
diperoleh hasil panen yang baik, dalam pemeliharaan pembenihan kangkung
diperlukan penyiraman teratur dan kerap pada cuaca kering.
- Pengolahan
Media tanam
Mula-mula tanah di cangkul guna membalik-balik tanah untuk
mempermudah menenam. Pembajakan dapat dilakukan dengan cangkul jika dalam lahan
pendek atau traktor untuk lahan luas. Setelah tanah dibajak maka tanah disisir
untuk meratakan permukaan tanah. Dalam penyisiran dilakukan pemecahan tanah
dengan gumpalan yang keras menjadi lebih kecil.
Bedengan dibagi menjadi empat bagian dengan jarak 15-20 cm guna
mempermudah perawatan dan mengurangi persaingan antar tanaman. Selain itu
pengambilan jarak bedengan ini harus seefektif mugkin agar tidak merugikan. Hal
ini diperuntukkan sebagai selokan untuk pengairan, tempat bekerja sewaktu
menanam, memupuk, menyiram, dan memanen.
Bedengan adalah kegiatan pengolahan tanah dengan meninggikan tanah
yang akan dijadikan tempat untuk menanam tanaman kita. Membuat bedengan
dilakukan dengan ukuran lebar 1 m dan tinggi 30 cm. Jarak antarbedengan 30 cm
yang juga berfungsi sebagai selokan untuk pengairan, tempat bekerja sewaktu
menanam, memupuk, menyiram, dan memanen. Panjang bedengan disesuaikan dengan
situasi lahan, maksimal panjangnya 10 m. Dan dalam pelaksanaan penelitian
dilakukan dalam bedengan sepanjang 6 meter.
Pemanfaatan bedengan dilakukan untuk mempermudah pembuangan air
hujan, mempermudah perawatan, mempermudah meresapnya air hujan, dan menghindari
pemadatan tanah. Dengan metode olah media tanam yang lain yaitu menggunakan
polybag, pada bagian polybag,
dilubangi pada 2 bagian dari bawah untuk drainase, dan melipat 1/3 bagian atas
sehingga berupa tabung, kemudian diisi dengan campuran media sampai
penuh.Menyiram media yang sudah dimasukkan pada polybag sampai jenuh,
yakni sampai semua media basah dan air mengalir sampai bawah. Setelah disiram
maka media akan turun dan menjadi lebih padat. Sebaiknya media tidak langsung
ditanami, istirahatkan selama 1 malam.
Pemupukan dasar dilaksanakan menggunakan pupuk kandang. Pupuk
kandang diratakan diatas bedengan kemudian diaduk dengan menggunakan cangkul.
Pupuk Kandang yang telah siap pakai sebanyak 10 ton/ha atau 1 kg/m2 ditebar dan
dicampur dengan tanah diatas bedengan. Pemberian pupuk kandang cukup dilakukan
satu kali untuk setiap 6 bulan masa tanam.
Pada
tahapan ini yaitu menggunakan media tanam sisa dari penggunaan polybag tempat
tanam sayuran sebelumnya. Maka dari itu diperlukan olah tanah yang ada dalam
polybag tersebut secara menyeluruh. Dengan cara menggunakan cethok atau tanah
yang ada dalam polybag dikeluarkan kemudian dicampuratakan
semuanya,selanjutatnya dimasukkan kembali ke polybag.
- Teknik
Penanaman
Pada tahapan ini dilakukan penanaman jenis sayuran kangkung, bibit
berupa biji dapat langsung ditanam dengan cara melubangi media menggunakan
tongkat atau kayu pelubang dengan kedalaman kurang lebih 1 ruas jari. satu Polybag
dapat diisi antara 25 – 30 biji, atau disesuaikan dengan ukuran polybag.
Setelah semua lubang terisi biji, kemudian ditutup dengan tanah dengan cara
meratakannya. Siram kembali dengan air, dan selanjutnya penyiraman cukup
dilakukan sekali dalam sehari. Sebaiknya penyiraman dilakukan pada sore hari.
Sebelum
dilakukan penanaman benih kankung, dilakukan penyiraman pada tanah yang ada
dalam polybag, agar kondisi tekstur dan struktur tanah yang lembab sesuai untuk
penanaman. Setelah itu satu polybay dibuat lubang kecil sebanyak 30 lubang
untuk tempat benih di tanam. Untuk tiap lubang diberi satu benih.
- Pemeliharaan
Tanaman
Pada tahapan ini adalah Pemeliharaan yang
merupakan hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil
yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, ini
tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu
melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba
kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak
terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
Selanjutnya
tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian
tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati
atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru.
Tahapan
selanjutnya perawatan tanaman melalui pembersihan Rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman kangkung
menjadi pesaing terhadap kebutuhan air, sinar matahari, dan unsur hara. Biasanya
penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan
penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan Disamping itu, gulma seringkali menjadi sarang hama yang
dapat mengancam tanaman kangkung. Oleh karena itu, rumput liar tersebut harus
disiangi. juga membersihkan dari
gangguian binatang seperti halnya ulat dan walang, sampai masa panen tiba.
- Panen
Pada 30 hari setelah bibit kangkung darat disemai, tanaman
kangkung yang tumbuh telah dapat dipanen. Pemanenan yang dilakukan pertama dan
kedua dilaksanakan dengan menjarangkan tanaman terlebih dahulu. Pemanenan dapat
dilakukan pada pagi hari dan sore hari
- Pasca
panen
Pada
tahapan terakhir dari budidaya tanaman kangkung adalah pasca panen yang terdiri
dari Sortasi dan grading. Tujuan dari
sortasi adalah untuk memisahkan kankung berdasar jenis, ukuran, dan tingkat
kesegaran.dilakukan pada tempat yang teduh. Tanaman dengan panjang yang sama
diikat dengan berat 150-200 g. Kemudian dilakukan Pengemasan dan siap untuk
dipasarkan.
2.4. Tinjauan
Biaya Usahatani
Dalam tiap jenis usaha produksi (
uasahatani), selalu terdapat hubungan antara input (masukan ) dan output
(hasil).hubungan itu sering disebut dengan “hubungan fungsional” antara input
dan output.
Beberapa definisi tentang banyak
makna atau artinya biaya usahatani, diantaranya:
a) Merupakan
pegangan untuk menemukan landasan utama dalam menyusun rencana pengelolaan dan
anggaran usahatani.
b) Merupakan
petunjuk penentuan saat yang tepat guna mengadakan perubahan – perubahan dalam
usahatani
c) Merupakan
arah guna menemukan cara untuk mengadakan perbandingan kemajuan – kemajuan yang
tercapai dalam usahatani itu sendiri (perbandingan vertikal atau keatas) atau perbandingan
antara usahatani yang satu dengan yang lain (perbandingan horizontal atau
mendatar.
Jika demikian maka dapat dikatakan
bahwa hubungan funfsional antara input dan output itu merupakan landasan utama
dari rencana pengelolaan dari anggaran usahatani. Karenanya maka unsur – unsur
dari input (masukan) dan output (hasil) itu harus jelas cara menghitungnya.
No
|
Input
Usahatani
|
Output
Usahatani
|
1
|
Unsur
alam
|
Bunga tanah/sewa tanah
|
2
|
Unsur tenaga kerja
|
Bahan – bahan
|
3
|
Unsur modal
|
Bunga modal
|
4
|
Menejemen
|
Modal
|
5
|
Sosisal budaya
|
Penyusutan
|
6
|
Upah
|
|
7
|
Pembayaran
|
|
8
|
Pajak atau beban sosial
|
|
9
|
Keuntungan
|
Tabel
2.4. Macam – macam dari input dan output dari usahatani
Dalam
hal tertentu, biaya adalah seperti apa yang kita pikirkan. Seperti semua
gambaran usahatani lainnya, biaya jelas dan mudah diukur (seperti uang tunai
yang keluar dari kantong) sedangkan lainnya merupakan hal yang tersembunyi (
biaya non tunai seperti mesin yang akan habis dalam beberapa tahun , tetapi
susut secara perlahan-lahan) dan hanya diduga secara kasar.
Biaya usahatani itu sendiri
mempunyai arti semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Biaya
usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
- Biaya tetap (fixed cost)
Yaitu seluruh biaya yang tidak
langsung berkaitan dengan jumlah tanaman yang dihasilkan diatas lahan ( biaya
ini harus dibayar apakah menghasilkan sesuatu atau tidak, termasuk didalamnya
sewa lahan, pajak lahan, pembayaran kembali pinjaman, biaya hidup).
Biaya tetap kadang-kadang disebut
overhead adalah biaya-biaya yang dalam batas tertentu tidak berubah ketika
tingkat kegiatan berubah. Jadi, kenaikan penggunaan lahan sebanyak 20% untuk
suatu jenis tanaman, atau jumlah ternak, tidak meningkatkan biaya tetap.
Apabila kenaikan sebesar 100% sekalipun, akan meningkatkan biaya tetap.
Pada kebanyakan usahatani,
biaya-biaya tetap tidak terlalu banyak berubah mengikuti tingkat atau campuran
perubahan kegiatan kecuali, tentu saja kenaikan karena pertambahan biaya.
- Biaya tidak tetap
(variable cost)
Yaitu seluruh biaya yang secara
langsung berkaitan dengan jumlah tanaman yang diusahakan dan dengan input
variabel yang dipakai (misalnya penyiangan, tenaga kerja, pupuk, bibit).
Biaya variabel juga dikenal sebagai biaya-biaya langsung. Biaya-biaya ini
berubah-ubah mengikuti ukuran dan/atau tingkat output suatu kegiatan. Misalnya,
jika lahan yang ditanami suatu komoditas diperluas 50%, maka bibit, pupuk, dan
tenaga kerja juga akan bertambah
(walaupun tidak harus 50%).
Upaya untuk mengidentifikasi biaya-biaya variabel
suatu kegiatan dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada petani mengenai
besarnya perubahan biaya jika memperluas atau mengontrak kegiatan apapun.
Biaya total = biaya tetap total + biaya variabel
total
Gambar 2.4. biaya tetap, biaya variabel, dan biaya total rata-rata
Karena
biaya tetap harus “dibayar” apakah terjadi produksi atau tidak, komponen biaya
tetap dalam biaya total untuk menghasilkan 1 satuan output akan lebih tinggi
dibandingkan dengan biaya tetap dari
biaya total untuk menghasilkan10 satuan output. Semakin banyak output yang
dihasilkan, semakin rendah biaya tetap untuk menghasilkan setiap satuan output
( biaya tetap tersebar pada output yang lebih banyak). Jadi biaya tetap
rata-rata cenderung menurun begitu kuantitas output bertambah (lihat Gambar 2.4)
2.5 Tinjauan Pemasaran
2.5.1.
Definisi Pemasaran
Ada beberapa
definisi mengenai pemasaran diantaranya adalah :
a. Philip Kotler (Marketing). pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran
b. Menurut Philip Kotler dan Amstrong .pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan
managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan
nilai dengan orang lain.
c. Menurut W Stanton. pemasaran adalah
sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat
memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial.
Dari
beberapa definisi pemasaran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi
pemasaran dari sudut pandang usahatani yaitu suatu proses sosial dan manajerial
yang membuat individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mmempertukarkan produk yang
bernilai kepada pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut penyampaian
produk atau jasa mulai dari produsen sampai konsumen.
2.5.2 Konsep Pemasaran
Dalam
pemasaran terdapat enam konsep yang merupakan dasar pelaksanaan kegiatan
pemasaran suatu organisasi yaitu : konsep produksi, konsep produk, konsep
penjualan, konsep pemasaran, konsep pemasaran sosial, dan konsep pemasaran
global.
1. Konsep produksi
Konsep produksi berpendapat bahwa konsumen akan menyukai
produk yang tersedia dimana-mana dan harganya murah. Konsep ini berorientasi
pada produksi dengan mengerahkan segenap upaya untuk mencapai efesiensi produk
tinggi dan distribusi yang luas. Disini tugas manajemen adalah memproduksi
barang sebanyak mungkin, karena konsumen dianggap akan menerima produk yang
tersedia secara luas dengan daya beli mereka.
2. Konsep produk
Konsep
produk mengatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan mutu,
performansi dan ciri-ciri yang terbaik. Tugas manajemen disini adalah membuat produk berkualitas, karena konsumen
dianggap menyukai produk berkualitas tinggi dalam penampilan dengan ciri – ciri
terbaik
3. Konsep penjualan
Konsep penjualan berpendapat bahwa konsumen, dengan dibiarkan
begitu saja, organisasi harus melaksanakan upaya penjualan dan promosi yang
agresif.
4. Konsep pemasaran
Konsep pemasaran mengatakan bahwa kunsi untuk mencapai
tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran
serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien
dibandingkan para pesaing.
5. Konsep pemasaran sosial
Konsep pemasaran sosial berpendapat bahwa tugas
organisasi adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar sasaran
serta memberikan kepuasan yang diharapkan dengan cara yang lebih efektif dan
efisien daripasda para pesaing dengan tetap melestarikan atau meningkatkan
kesejahteraan konsumen dan masyarakat.
6. Konsep Pemasaran Global
Pada konsep pemasaran global ini, manajer eksekutif
berupaya memahami semua faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi pemasaran
melalui manajemen strategis yang mantap. tujuan akhirnya adalah berupaya untuk
memenuhi keinginan semua pihak yang terlibat dalam perusahaan.
2.5.3.
Rencana Pemasaran
Yaitu harus terinci
dan diperlukan untuk setiap bisnis,
produk atau merk. Sebagai syarat minimal perencanaan harus berisi bagian-bagian
sebgai berikut:
Bagian
|
tujuan
|
Ringkasan bagi ekskutif
Situasi pemasaran saat ini
Analisis ancaman dan peluang
Sasaran dan isu
Strategi pemasaran
Program tindakan
Anggaran
Pengendalian
|
Menyajikan
pandangan singkat atas rencana yang diusulkan agar dapat ditinjau dengan
cepat oleh manajemen.
Menyajikan
data latar belakang yang relevan mengenai pasar, produk, persaingan dan
distribusi.
Mengidentifikasi
ancaman dan peluang utama yang mungkin mempengaruhi produk.
Menentukan
sasaran perusahaan untuk produk di bidang penjualan, pangsa pasar, laba serta
isu yang akan mempengaruhi sasaran ini.
Menyajikan
pendekatan pemasaran yang luas, yang akan digunakan untuk mencapai sasaran
dalam rencana.
Menspesifikasikan
apa yang akan dilakukan, siap yang akan melakukannya, kapan dan berapa
biayanya.
Laporan
laba dan rugi yang diproyeksikan yang meramalkan hasil keuangan yang
diharapkan dari rencana tadi.
Menunjukkan bagaimana kemajuan rencana akan
dipantau.
|
Tabel
2.5.3. Rencana Pemasaran
Pemasaran terdiri dari beberapa
aspek konsep inti, yakni kebutuhan manusia, keinginan (kebutuhan manusia yang
dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individual), permintaan akan produk dan
jasa dengan manfaat yang paling memuaskan, ketersediaan produk, nilai dan
kepuasan dari pelanggan yang berkaitan pula dengan mutu produk, sistem hubungan
dan transaksi, jaringan distribusi dan peluang pasar, serta pemasar dan calon
pembelinya.
III. METODOLOGI
3.1.
Teknik Budidaya Kankung Darat (Ipomoea
reptans)
Gambar 3.1.
Diagram Alir Teknik Budidaya Kankung Darat (Ipomoea
reptans)
3.2.
Teknik Pemasaran
Gambar
3.2. Teknik Pemasaran dari kangkung darat (Ipomoea
reptans)
3.3.
Teknik Perhitungan Biaya
Cara menghitung biaya tetap adalah
:
Ialah:
FC
= biaya tetap
Xi
= jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
Pxi
= harga input
n =
macam input
Bila
besarnya biaya tetap ini tidak dapat dihitung dengan rumus tersebut, maka
sekaligus ditetapkan nilainya saja. Misalnya pajak irigasi yang harus di bayar.
Karena tidak diketahui berapa liter air yang dipakai untuk irigasi, maka untuk
menghitung biaya tetap diperhitungkan langsung berapa rupiah yang dibayarkan
untuk biaya irigasi tersebut. Kadang-kadang biaya tetap ini berubah atau
diperlakukan sebagai biaya variabel bila angka penyusutan (misalnya alat-alat
pertanian) dihitung.
Rumus
tersebut dapat juga dipakai untuk menghitung biaya variabel. Karena
TC
= FC +VC
Kesulitan dalam menghitung biaya
usahatani biasanya timbul bila tanaman yang di usahakan itu lebih dari satu
macam tanaman, Misalnya tumpang sari.
Dalam analisis usahatani sering
dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan Analisis Finansial dan
Analisis Ekonomi. Dalam analisis finansial, data biaya yang dipakai
adalah data riil yang sebenarnya dikeluarkan. Dalam analisis ekonomi, data yang
digunakan data menurut ukuran harga bayangan (shadow price).
3.4.
Teknik Perhitungan Penerimaan
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara
produksi dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut:
TRi
= Yi . Pyi
Yaitu: TR =
total penerimaan
Y =
produksi yang diperolehdalam suatu usahatani i
Py
= Harga Y
Apabila macam tanaman yang ditanam lebih dari satu,
maka rumus tersebut berubah menjadi:
TR
= ∑ni=1 Y.Py
n =
jumlah macam tanaman yang diusahakan
Dalam menghitung penerimaan
usahatani, beberapa hal perlu diperhatikan :
1. Hati-hati
dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua produksi pertanian di
panen secara serentak.
2. Hati-hati
dalam menghitung penerimaan karena produksi mungkin dijual beberapa kali
sehingga diperlukan data frekuensi penjualan, dan produksi mungkin dijual
beberapa kali dengan harga yang berbeda-beda, jadi disamping frekuensi
penjualan yang perlu deketahui juga harga jual pada masing-masing penjualan
tersebut.
3. Bila
penelitian usahatani ini menggunakan responden petani, maka diperlukan teknik
wawancara yang baik untuk membantu petani mengingat kembali produksi dan hasil
penjualan yang diperolehnya.
3.5.
Teknik Perhitungan Pendapatan
3.5.1.
Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan
dan semua biaya, atau suatu Keuntungan Usahatani dari selisih antara penerimaan
dan semua biaya.
Keuntungan = TR (Total
Revenue) - TC (Total Cost). Bila menggunakan analisis ekonomi, maka
TC biasanya lebih besar daripada menggunakan analisis finansial
Pd
= TR – TC
Dimana: Pd
= pendapatan usahatani
TR
= total penerimaan
TC
= total biaya
3.5.2. Harga Bayangan (Shadow Price)
v Pudjo
Sumarto (1991) menyatakan bahwa harga bayangan (shadow price) merupakan suatu
harga yang nilainya tidak sama dengan harga pasar, tetapi harga barang tersebut
dianggap mencerminkan nilai sosial sesungguhnya dari suatu barang dan jasa.
v Harga
bayangan digunakan untuk menyesuaikan terhadap harga pasar dari beberapa faktor
produksi atau hasil produksi.
v Gray
et al. (1992) menyatakan bahwa shadow price dari suatu produk atau faktor
produk merupakan social opportunity cost, yaitu nilai tertinggi suatu produk
atau faktor produksi dalam penggunaan alternatif terbaik. Shadow price dari
suatu produk umumnya ditentukan oleh saling dipengaruhinya penawaran dan
permintaan terhadap faktor produksi.
v Timbulnya
harga bayangan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1.
Perubahan-perubahan dalam perekonomian
yang terlalu cepat, sehingga mekanisme pasar tidak dapat mengikutinya.
2.
Proyek-proyek yang terlalu besar atau invisible, menyebabkan perubahan dalam
harga pasar yang tidak dapat dipakai untuk mengukur nilainya.
3.
Unsur-unsur monopolistis di dalam pasar
Berbagai macam input/output sehingga tidak dapat
dibeli atau dijual dengan cara biasa.
Harga bayangan meliputi :
- Harga
bayangan hasil produksi atau output
Harga sosial didekati
dengan harga batas (border price) yaitu CIF (Cost Insurance Freight).
- Harga
bayangan tanah
Menurut Gittinger
(1986), ada 3 macam penilaian harga bayangan faktor produksi tanah yaitu :
a. Menilai faktor
produksi tanah sesuai dengan harga beli,
b. Menilai faktor
produksi tanah sesuai dengan perkiraan nilai netto biaya
produksi
yang hilang/diluangkan (opportunity cost)
c. Menilai faktor produksi tanah
sesuai dengan nilai sewanya.
- Harga
bayangan tenaga kerja
Dalam
menentukan harga sosial tenaga kerja, maka perlu dibedakan antara tenaga kerja
terdidik atau terlatih dengan tenaga kerja tidak terdidik, sebagai asumsi pasar
dalam keadan bersaing sempurna tingkat upah dan mencerminkan produktivitas
marginalnya.
- Harga
bayangan nilai tukar
Dapat
ditentukan dengan menggunakan harga atau nilai valas yang ditentukan oleh
lembaga pemerintahan yang berwenag. Cara lain untuk menghitung harga sosial
nilai tukar asing adalah dengan mencari faktor konversi terhadap nilai tukar
resmi
3.6.
Teknik Perhitungan Kelayakan Usahatani
Break Even point
atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau
jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi
biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit. Analisis BEP
bertujuan menemukan satu titik baik dalam unit maupun rupiah yang menunjukan
biaya sama dengan pendapatan.
Dengan
mengetahui titik tersebut, berarti belum diperoleh keuntungan atau dengan kata
lain tidak untung tidak rugi. Sehingga dikala penjualan permisi lewat melebihi
BEP maka mulailah keuntungan diperoleh. Sasaran analisis BEP tidak lain
mengetahui pada tingkat volume berapa titik impas berada. Dalam kondisi lain,
analisis BEP pun digunakan untuk membantu pemilihan jenis produk atau proses
dengan mengidentifikasi produk atau proses yang mempunyai total biaya terendah
untuk suatu volume harapan. Sedangkan dalam pemilihan lokasi, analisis BEP
dipakai untuk menentukan lokasi berbiaya total terendah, yang berarti total
pendapatan tertunggi untuk kapasitas produksi yang ditentukan. Analisis BEP
dibedakan antara penggunaan untuk produk tunggal dan atau untuk beberapa produk
sekaligus. Mayoritas perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu produk
menggunakan fasilitas yang sama.
Rumus analisis BEP :
BEP Unit =
BEP = Total Fixed Cost / (Harga
perunit - Variabel Cost Perunit)
Keterangan :
- Fixed cost : biaya tetap yang
nilainya cenderung stabil tanpa dipengaruhi unit yang diproduksi.
- Variable cost : biaya variabel
yang besar nilainya tergantung pada benyak sedikit jumlah barang yang
diproduksi.
Analisis
R/C
R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio,
atau di kenal sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya. Secara
matematik dapat dituliskan sebagai berikut :
|
Atau
Dimana: R = penerimaan
C
= biaya
Py
= harga output
Y
= output
FC
= biaya tetap
VC = biaya variabel
|
Dimana: Yi :
jumlah produk
Pxn : harga input
Pi : harga produk
Xn : jumlah input
1...m : jumlah jenis input
R/C ≥1 :
menguntungkan
R/C <1 : menguntungkan
|
Secara teoritis rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan
tidak pula rugi. Namun karena adanya biaya usahatani yang kadang-kadang tidak
dihitung, maka kriterianya dapat diubah: misalnya R/C yang lebih dari atu, bila
suatu usahatani itu dikatakan menguntungkan.
Gambar 3.6. kurva Titik Impas (BEP) Usahatani
Pada gambar
tersebut dapat dilihat pada tingkat produsi berapa suatu usaha tani mencapai
titik impas atau Break Even Point (BEP). Bila produksi mencapai di sekitar 0Y ,
maka usahatani itu rugi karena R < TC; sebaliknya bila produksi berada di 0Y
maka usahatani itu untung karena R > TC
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Kegiatan Budidaya
Permintaan akan
sayuran organik beberapa tahun terakhir cenderung naik signifikan tinggi, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
mulai merespon dengan hadirnya produk organik yang dapat dikatakan bebas dari
bahan nonkimiawi. Walaupun dari segi harga dapat dikatakan terbilang cukup
mahal sehingga lebih identik dengan anggapan harga sayuran organik lebih mahal
daripada sayuran anorganik. Pada umumnya dalam proses pemasaran dengan patokan
harga yang cukup mahal, hal ini dikarenakan dari sistem budidaya(pembenihan,
pengolahan lahan, pemeliharaan, panen dan pasca panen) juga membutuhkan proses
yang hati – hati, terutama dari kondisi lahan apa bebas dari campuran
kimiawinya. Meskipun banyak orang beranggapan bahwa menggunakan bahan kimia
seperti pupuk anorganik, dapat mempercepat pertumbuhan tanaman, tetapi dalam
penggunaan bahan kimia tersebut terdapat banyak kelemahan misal salah satunya
saja sisa dari kandungan bahan kimia tadi meninggalkan residu pada tanah,
sehingga tanah menjadi tercemar dan berkurangnya kandungan bahan organik tanah.
Maka dari itu, sekarang ini banyak dibudidayakan sayuran organik. Karena
membudidayakan pertanian organik lebih
ramah lingkungan.
Sebenarnya
dalam melakukan kegiatan budidaya sayuran
organik tidak diperlukan tempat khusus atau lahan yang sangat luas, tetapi
dalam hal lahan (tanah) yang di pakai dalam budidaya adalah tanah yang subur. Dalam
hal ini berarti dari kandungan unsur hara baik unsur makro dan mikro tercukupi
untuk proses vegetatif dan generatif dari tanaman yang dibudidayan. Seperti dalam melakukan pembudidayaan
tanaman sayuran kailan, pak choy, caisim, kangkung dan lain sebagainya. Pada kegiatan
budidaya sayuran organik ini tidak harus selalu membutuhkan lahan yang luas,
tetapi dalam lahan yang sempit pun juga dapat membudidayakan sayuran organik.
Sehingga produktivitas lahan yang ada dapat diperdayagunakan dengan baik.
Dalam lahan yang sempit dapat menggunakan
media tanam seperti polybag, seperti
yang dilakukan dalam kegiatan praktikum usahatani pada pembudidayaan sayuran
organik (tanaman kankung organik) yang
dilakukan di jalan simpang gajayana, tepatnya di Yayasan Pengembangan Pedesaan
Gajayana, mini olympic garden (
belakang swalayan Sardo ).
Praktikum usahatani dalam hal sayuran
kangkung organik ini dilakukan sejak tanggal 6 Oktober 2009 dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut:
a. Pengolahan
Lahan
Pada tahapan
pertama ini kegiatan budidaya kangkung organik ini menggunakan media tanam pada
Polybag, yang perlu diketahui bahwa polybag yang digunakan adalah sisa dari
media tanam sayuran sebelumnya, jadi disini perlunya untuk dilakukan pengolahan
secara intensif dengan mencampur tanah yang ada sampai merata, untuk memudahkan
proses ini maka menggunakan media karung bekas. Serta menggunakan trolley untuk memindahkan polybag ke tempat semula. dari proses
ini maka untuk komponen-komponen input yang diperlukan seperti tenaga kerja
pria, biaya sewa karung bekas dan biaya sewa trolley dengan jumlah output sebesar Rp 507,94
b. Pemupukan
dan Penanaman
Pada tahapan ini
dilakukan proses pemupukan setelah tanah pada media polybag sudah tercampur rata. Kemudian diberikan pupuk kompos
dengan takaran ± 300 gram, untuk memudahkannya dengan cara menggunakan cethok
yang dibuat dengan takaran seukuran tersebut. Setelah itu diberikan pada
permukaan atas dari lapisan tanah yang ada dalam polybag dengan cara dicampurkan secara merata. Selanjutnya
dilakukan masa istirahat selama dua hari pada media tanam polybag, yang bertujuan agar kondisi dari tanah yang selesai diberi
pupuk bisa sesuai dengan kondisi kelembapan tanah pada umumnya, karena tanah yang
diberi pupuk kompos kondisi kelembapan masih terlalu tinggi untuk proses vigor
dari benih untuk berkecambah.
Pada proses
berikutnya yaitu dilakukan penyiraman sampai kondisi tanah dapat dikatakan
lembab, setelah itu ditanami benih kangkung pada media tanam polybag tersebut. Disini menggunakan
benih kangkung darat (Ipomoea reptans).
Yang pada masing – masing polybag
dibuat 30 lubang dengan kedalaman sekitar satu ruas jari. Yang kemudian tiap
lubang diberi satu benih kankung dan ditimbun tanah kembali. Dari proses ini
maka untuk komponen-komponen input yang diperlukan seperti alat cethok, pupuk organik, benih kangkung darat dan tenaga
kerja wanita dengan jumlah output sebesar Rp 2451,88
c. Pemeliharaan
dan Penyulaman
Pada tahapan ini dilakukan
perawatan tanaman kangkung mulai dari penyiraman yang dilakukan secara teratur
dan terjadwal serta melihat dari kondisi cuaca karena sudah memasuki musim
penghujan, selanjutnya dilakukan penyiangan yaitu membersihkan dari tumbuhan
pengganggu atau gulma, yang secara tidak langsung dapat mengurangi
produktivitas dari tanaman kangkung itu sendiri. Dan juga dilakukan penyulaman dengan
benih kangkung darat terhadap kondisi tanaman yang mati. Dari proses ini maka
untuk komponen-komponen input yang diperlukan seperti tenaga kerja wanita,
benih kangkung untuk penyulaman, serta biaya sewa cetok dengan jumlah output
sebesarRp 1007,8
d. Panen
dan Pasca Panen
Pada tahapan ini yaitu untuk proses
pemanenan dilakukan pada dua tahap yaitu dengan cara mencabut tanaman kangkung
bersama akarnya. Pada panen pertama didapatkan kangkung dengan hasil ± 180
gram. selanjutnya dilakukan proses pasca panen berupa proses pencucian atau washing untuk membersihkan dari tanah
atau kotoran yang ada pada kankung. Kemudian menuju ke proses sortening yaitu disamakan sesuai dengan
ukuran, jenis, dan tingkat kesegaran. Diteruskan ke grading dan labelling yang
merupakan pengemasan kangkung dan diberi label pada kemasannya. Dengan sekali pengemasan dengan berat 100 gram
kangkung. Begitu juga tahapan proses panen dan pasca penen yang kedua dengan
alur yang sama. Pada proses panen yang kedua, didapatkan kangkung dengan hasil ±
370 gram. Dari proses ini maka untuk komponen input yang diperlukan yaitu biaya
sewa baskom,biaya sewa ember besar, biaya sewa alat timbang, plastik dan label
kemasan serta tenaga kerja wanita dan dilakukan dalam dua kali proses
pemanenan, karena umur panen pada tanaman kangkung tidak rata (dengan jumlah
output sebesar Rp 1128,25)
e. Pemasaran
Pada tahapan terakhir dari proses budidaya
kangkung organik ini adalah kegiatan pemasaran produk. Dengan cara
didistribusikan langsung ke tempat makan atau warung dan kios rumah tangga.
Proses ini menggunakan transportasi untuk menjangkau tempat tersebut sehingga
dapat mengadakan proses jual beli dengan konsumen. Maka dari itu proses ini
menggunakan komponen-komponen input yang
diperlukan seperti tenaga kerja wanita, serta sarana distribusi (bensin) dengan
jumlah output sebesar Rp 1136,36
4.2.Gambaran
Umum Kegiatan Pemasaran
Dalam
kegiatan berusahatani budidaya tanaman kangkung organik ini, tentunya dilakukan
proses pemasaran setelah dilakukan tahapan pasca penen untuk meningkatkan daya
tarik dari produk serta merupakan strategi untuk menarik konsumen. Walaupun
untuk tanaman organik untuk tingkat kesegaran tanaman lebih lama dibandingkan
dengan tanaman anorganik, akan tetapi tetap dilakukan proses distribusi pemasaran
yang cepat agar dapat terjual. Sehingga kesegaran tanaman juga sampai didapatkan
oleh konsumen juga. Untuk waktu pemasaran dari tanaman kangkung dilakukan pada
pagi hari setelah dilakukan panen dan pasca panen, hal ini tidak dilakukan
siang hari dikarenakan proses transpirasi tanaman pada umumnya sangat tinggi
pada waktu ini. Dalam kegiatan pemasaran kangkung organik ini menggunakan
teknik saluran distribusi pada warung atau tempat makan dan kios rumah tangga
yang dilakukan dengan distribusi langsung yaitu dari produsen langsung ke
konsumen. Dengan teknik distribusi
langsung menggunakan strategi promosi Personal
Selling adalah pendekatan pemasaran dengan cara pembicaraan langsung antara
penjual dengan satu atau lebih konsumen sehingga penjual dapat menjelaskan
informasi produk lebih rinci.
Dalam usaha pemasaran tanaman kangkung
organik ini dilakukan pengemasan ke dalam kantung plastik agar terlihat rapi
dan tahan lama, dan berfungsi agar memberikan daya tarik kepada konsumen untuk
membelinya. Kemudian setelah dikemas, dipasarkan tanaman kangkung tersebut
kepada calon konsumen secara satu persatu. Cara ini memang kelihatan terlalu sulit,
tetapi cara ini lebih efisien untuk memperkenalkan dan menjelaskan informasi produk
tanaman kangkung kepada calon konsumen secara langsung. Kegiatan promosi ini dilakukan
pada pemilik warung atau tempat makan (mayoritas banyak dikunjungi pembeli terutama
pagi dan sore) tempatnya di daerah
Dewandaru dalam, kecamatan Lowokwaru, Malang. Beberapa dari konsumen banyak
yang bertanya, apa bedanya tanaman kangkung organik dan anorganik. Diperlukan
penjelasan secara detail mengenai hal tersebut terutama tentang tatacara
budidayanya, dari mulai pengolahan lahan sampai pasca panen yang tidak
menggunakan bahan kimia sama sekali. Meskipun dari segi harga tanaman kangkung
organik bisa dibilang lebih mahal dari sayuran anorganik, tetapi setelah mengetahui
akan dari proses tanam organik serta penjelasan kandungan dari sayuran organik
dan manfaatnya, pada umumnya tertarik untuk mencoba membelinya. Waktu
pemasarannya pun sesaat setelah pemanenan dan pengemasan kangkung untuk
memperkecil kemungkinan kelayuan atau kebusukan kangkung sebelum proses
pemasaran dan jual-beli berlangsung.
Selama dua kali proses pemasaran
sayuran kangkung organik ini, dilakukan dengan pemberian harga jual yang
berbeda-beda di tiap ons-nya. Pada pemasaran tahap pertama, diberi harga Rp.
3000,-/ons , dan pada pemasaran tahap kedua, diberi harga Rp.
3500,-/ons. Penentuan Harga berbeda terjadi karena jenis konsumen
yang akan membeli produk tidaklah sama. Meskipun berbeda tetapi dengan mempertimbangkan
perhitungan output yang ingin dicapai. Dimana tujuan dari usahatani ini adalah
pemanfaatan sumberdaya seoptimal mungkin dengan keuntungan semaksimal mungkin.
4.3
Hasil Perhitungan Pendapatan
Hasil Panen dalam 10 polybag
menghasilkan 550 gram kangkung darat. Dengan rincian yaitu:
-
Panen tahap 1 didapatkan 180 gram
kangkung
-
Panen tahap 2 didapatkan 370 gram
kangkung
Pada pemasaran kangkung tahap 1,
dipasarkan dengan harga jual per 100 gram seharga Rp 3.000,00 dan didapatkan
penerimaan hasil penjualan sebesar Rp 5.727,27 sedangkan pada pemasaran kangkung tahap 2, dipasarkan
dengan harga jual per 100 gram seharga Rp 3.500,00 dan didapatkan penerimaan
hasil penjualan sebesar Rp 12.090,90. Sehingga didapatkan penerimaan total
sebesar Rp 5.727,27 + Rp 12.090,90 = Rp 17.818,18
Kemudian pada rincian biaya yang dikeluarkan pada
saat budidaya kangkung organik diantaranya:
- Biaya tetap sewa
lahan dan pengairan sebesar Rp 2.500 (rincian terlampir)
- Biaya variabel
total pengolahan lahan sebesar Rp 507,94 (rincian terlampir)
- Biaya variabel
total pemupukan dan penanaman sebesar Rp 2.451,88 (rincian terlampir)
- Biaya variabel
total pemeliharaan dan penyulaman sebesar Rp 1.007,80 (rincian terlampir)
- Biaya variabel
total panen dan pasca panen sebesar tahap 1 sebesar Rp 920,94 (rincian
terlampir)
- Biaya variabel
total panen dan pasca panen sebesar tahap 2 sebesar Rp 207,31 (rincian
terlampir)
- Biaya variabel total
pemasaran produk sebesar Rp 1.136,36 (rincian terlampir)
Sehingga didapatkan Total biaya =
Rp 8.732,23
Perhitungan pendapatan usahatani
bertanam kangkung secara organik yang diterima:
Keuntungan = TR (Total Revenue)
- TC (Total Cost)
|
Keterangan:
-
Î = Keuntungan
-
TR = Penerimaan Total (Total Revenue)
-
TC = BiayaTotal (Total Cost)
Diketahui :
-
TR = Rp 5.727, 27 + Rp 12.090,90 = Rp
17.818,18
-
TC = Rp 8.732,23
jadi
= TR (Total Revenue) - TC (Total Cost)
= Rp 17.818,18– Rp 8.732,23
= Rp 9.085,95
Jadi dalam berusahatani kangkung organik dalam 10
media tanam polybag didapatkan
pendapatan atau keuntungan sebesar Rp 9.085,95
4.4
Hasil Perhitungan Kelayakan Usaha
a. Atas dasar penjualan dalam unit :
FC = Biaya tetap
P = Harga jual per unit
VC = Biaya variabel per unit
Analisis
Break Event Point atas dasar penjualan dalam unit tahap 1 dan 2 yaitu:
FC = Rp 2.500,00
P
1 = Rp 3.000,00
P
2 = Rp 3.500,00
VC = Rp 6.232,23
Maka:
VC per gram =
= Rp 11,33
= 0,84 gram = 0,72
gram
Jadi untuk jumlah BEP per unit pada pemasaran
kangkung organik tahap 1 sebesar 0.84 gram sedangkan untuk jumlah Bep per unit
pada pemasaran kangkung organik tahap 2 sebesar 0,72 gram
b.
Atas dasar penjualan dalam rupiah
FC = Biaya tetap
VC = Biaya variabel per unit
P = Penjualan
Analisis
Break Event Point atas dasar penjualan dalam unit tahap 1 dan 2 yaitu:
FC = Rp 2.500,00
P
1 = Rp 3.000,00
P
2 = Rp 3.500,00
VC = Rp 6.232,23
Maka:
=
Rp 2.500,70
= Rp 2.500,53
Jadi untuk jumlah BEP dalam harga pada pemasaran
kangkung organik tahap 1 sebesar Rp 2.500,70 sedangkan untuk jumlah BEP dalam
harga pada pemasaran kangkung organik tahap 2 sebesar Rp 2.500,53
Pada hasil Perhitungan kelayakan usahatani budidaya
kangkung organik didapatkan :
Total revenue =
Rp 17.818,18
Total Cost = Rp 8.732,23
R/C Ratio
= Rp 17.818,18/ Rp 8.732,23
= Rp 2,04
BEP adalah jika R/C = 1, maka jika
R/C > 1, usahatani budidaya kangkung organik ini layak untuk dilanjutkan dan
dikembangkan lagi karena peluang memperoleh keuntungan masih besar dan sudah
melewati titik impas atau balik modal.
Catatan:Dalam
praktikum usahatani untuk budidaya kangkung secara organik memperoleh R/C >
1, yaitu 2,04. Berarti kegiatan efisien dan memperoleh keuntungan serta balik
modal.
4.5
Deskripsi Permasalahan
Dalam proses
usahatani tentunya terdapat permasalahan selama proses pembudidayaannya mulai
dari pengolahan tanah sampai pada pemasaran. Hal ini juga terjadi pada proses
pelaksanaan dari budidaya kangkung secara organik ini berlangsung, beberapa
kendala yang sering muncul adalah pemeliharaan tanaman, terutama pada jadwal
penyiraman yang kadang ada yang tidak melaksanakan tugasnya. Kekurangan air ini
dikarenakan pemeliharaan yang kurang maksimal sedangkan tanaman kangkung
sendiri merupakan tanaman yang relatif membutuhkan penyiraman setiap hari yaitu
pagi dan sore. Disamping itu yang menjadi peganggu pada tanaman kangkung yaitu
gulma yang tingginya lebih tinggi daripada tanaman kangkung, disamping
mengambil ketersediaan unsur hara, gulma juga dapat mengurangi intensitas
penyinaran tanaman kangkung itu sendiri.
kemudian unsur hara yang menyebabkan tanaman
layu dan daun bawah menguning, karena pemupukan hanya dilakukan pada awal
penanaman dan untuk pemberian selanjutnya tidak ada. Faktor lain yang
menyebabkan penurunan kualitas produksi tanaman kangkung yakni serangan hama
walaupun tidak secara besar-besaran. Hama yang menyerang biasanya dari golongan
serangga.
Perencanaan awal
dalam usahatani sayuran kangkung organik yang diusahakan sebanyak 30 benih yang
ditanam dalam tiap 10 polybag yang
tumbuh dan siap dipanen secara serempak, akan
tetapi dalam kenyataannya ± 90% yang tumbuh dan ± 10% yang tidak tumbuh.
Maka perlu diadakan penyulaman, dimana bertujuan agar mengganti tanaman kangkung yang tidak tumbuh tadi.
Untuk tahap
pemasaran yang menjadi kendala adalah sulitnya mencari sasaran konsumen atau
tempat penjualan disamping itu harus bersaing dengan pemasaran kangkung
anorganik. Pada umumnya konsumen lebih menyukai kangkung yang dibudidayakan
secara anorganik karena dari segi harga lebih murah.
Pada sistem
tahapan pemeliharaan pada budidaya kangkung secara organik terutama pada
penyiraman tanaman haruslah secara teratur teknisnya, serta melihat kondisi
cuaca yang ada. Karena pada dasarnya tanaman kangkung darat ini memebutuhkan
penyiraman yang cukup untuk proses vegetatif tanaman. Penyiangan gulma juga
harus dilakukan secara efektif, penanggulangannya dengan cara dicabut sampai
akarnya agar meminimalkan potensi gulma yang terus berkembang di daerah
tersebut, apalagi gulma yang ada pada tanaman kangkung lebih cepat
pertumbuhannya, dan mengakibatkan terjadinya kompetisi baik cahaya maupun unsur
hara.
Diantara hama
yang ada, yang sering menyerang yaitu belalang. serangga ini merupakan hama
pemakan dan sering memakan bagian tanaman yang muda di polybag atau setelah beberapa minggu di tanam. Untuk menanggulangi
gangguan hama pada budidaya dan usahatani tanaman kangkung organik ini, perlu
dilakukan pengendalian, yakni dengan cara manual dengan menangkap dan membuang
hama yang menyerang daun tanaman kangkung organik tersebut.
Kemudian untuk
nutrisi tanaman yang berkaitan dengan pemberian pupuk kompos dapat dilakukan 2
kali selama masa budidaya tanaman kangkung, jadi tidak hanya pada masa awal
tanam benih kangkung pada polybag.
Sehingga untuk masalah kekurangan unsur hara tanaman yang dibutuhkan terutama
selama masa vegetatif tanaman dapat tercukupi dengan baik.
Pada pemasaran
tanaman kangkung akan lebih baiknya terdapat tempat penjualan khusus yang
melayani pembelian tanaman kangkung organik seperti toko organik yang memiliki brain image, sehingga pada pemasaran
dapat terjual dengan cepat, dan bisa bersaing terhadap pemasaran kangkung
anorganik.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari
hasil praktikum usahatani bertanam kangkung secara organik dapat dijelaskan
Dalam proses budidayanya terdapat 8 tahap, yakni dari mulai pengolahan lahan,
pemupukan, penanaman, pemeliharaan, penyulaman, panen, pasca panen, dan
pemasaran. Yang pada setiap masing-masing tahapan harus dipertimbangkan
komponen - komponen biaya yang mendukung proses kegiatan tersebut.
Dalam
Proses pemasaran yang dilakukan dalam usahatani sayuran kangkung organik dilakukan
pemasaran melalui saluran distribusi ke warung atau tempat makan dan kios rumah
tangga dengan cara produsen langsung ke konsumen dengan metode promosi Personal selling.
Perhitungan
dalam usahatani budidaya sayuran kangkung organik ini, didapatkan total
penerimaan sebesar Rp. 17.818,18 dan total biaya sebesar Rp 8.732,23
Sehingga dihasilkan R/C = 2,04 (RC > 1) yang berarti bahwa usahatani
tersebut layak dan balik modal serta kecenderungan mendapatkan keuntungan yang
lebih besar lagi.
5.2
Saran
1)
Untuk lahan yang digunakan budidaya
tanaman organik harap disiapkan sebaik mungkin, karena banyak peralatan dan air
yang kurang. Sehingga banyak kelompok yang lama mengantri dalam penyiraman.
2)
Untuk polybag harap diganti dengan kondisi yang lebih layak untuk
kegiatan praktikum matakuliah Usahatani berikutnya
DAFTAR PUSTAKA
Fadholi, Hernanto.1989. Ilmu Usahatani. P.T Penebar Swadaya: Jakarta
Makehan,J.P, R.L Molcolm. 1990. Manajemen Usahatani Daerah Tropis.LP3ES: Bogor
Nuraeni, Ida
dkk. Manajemen Usahatani. Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka: Jakarta
Prawirokusumo,soeharto.
1990. ilmu usahatani. BPFE UGM: Yogyakarta.
Shinta, Agustina. 2003. Manajemen Pemasaran. Universitas Brawijaya: Malang
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta
Soekartawi.1986.
Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk
Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta
Sudarsono. 1995. Pengantar
Ekonomi Mikro.PT Pustaka LP3ES Indonesia: Jakarta
Sugito, Yogi.
1995. Sistem Pertanian Organik.
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya: Malang
Sukirno, Sadono.
2005. Mikro Ekonomi. Raja Grafindo
Persada: Jakarta
Tohir, Kaslan A.
1983. Seuntai Pengetahuan Tentang Usaha
Tani Indonesia. PT. Bina Aksara: Jakarta
Winardi.1983.Teori
Ekonomi Mikro. Tarsito : Bandung