Kisah Kami dari sebuah desa, yang tak begitu besar dan tak terkenal. Meski demikian tekad dan semangat kami jauh lebih besar dari apa yang anda bayangan mengenai desa kami. Tinggal di sebuah desa yang bernama Sembunganyar, tepatnya Dusun Siraman, sangatlah menyenangkan. Semua hidup dengan kesederhanaan, tetapi dengan kekayaan tekad yang menjulang.
Jangan salah sangka. Kami bukan orang pintar, ilmu kami mungkin hanya sebuah titik dalam ilmu anda. Bicara soal ilmu, kami tidak mempunyai semangat sedikitpun untuk belajar dan bersekolah. berangkat sekolah kami selalu telat, sekolah selalu melanggar aturan, dan sering kabur saat pelajaran. Kami tak pernah mendengarkan pelajaran, kami benci Biologi, Fisika, Kimia, Sosiologi, Geografi, B. inggris, Ekonomi, Akuntansi, apalagi yang namanya MATEMATIKA. Uuuuh... rasanya kepala kayak mau pecah....kami sering di panggil ke kantor kepala sekolah, di marahi atas semua kesalahan kami. yang kami dapatkan selama ini hanyalah omelan, gunjingan, dan tamparan. Semua itu adalah makanan kami setiap hari. Jadi teringat saat kami di tuduh jadi maling ayam. Aneh sekali rasanya. Inilah istimewanya kami, meskipun kami tak kaya ilmu, kami masih tahu mana yang menjadi hak kami. Kebersamaan yang membuat kami menjadi lebih, saling mengingatkan membuat kami tetap sejalan, dan saling berbagi membuat kami tetap bergandengan tangan.
Dari sebuah Masjid kecilah kami mempunyai itu semua. kami tahu pentingnya Islam buat kami. Allah yang menjadikan kami sejauh ini, meski tak banyak prestasi dari tekad kami. Kami tahu orang menganggap kami bukan orang baik-baik, tetapi kami tahu Allah selalu membimbing kami ke jalan yang baik dan benar. Jangan salah...tampang-tampang berandalan ini tak pernah lupa shalat. Kami selalu berdoa dan kami selalu menunggu bagaimana akhir cerita ini, tentang para remaja dengan hati kecil yang di selimuti muka dosa.
No comments:
Post a Comment