Tuesday, June 26, 2012

Cerita dari Desa



      Kisah Kami dari sebuah desa, yang tak begitu besar dan tak terkenal. Meski demikian tekad dan semangat kami jauh lebih besar dari apa yang anda bayangan mengenai desa kami. Tinggal di sebuah desa yang bernama Sembunganyar, tepatnya Dusun Siraman, sangatlah menyenangkan. Semua hidup dengan kesederhanaan, tetapi dengan kekayaan tekad yang menjulang.
         Jangan salah sangka. Kami bukan orang pintar, ilmu kami mungkin hanya sebuah titik dalam ilmu anda. Bicara soal ilmu, kami tidak mempunyai semangat sedikitpun untuk belajar dan bersekolah. berangkat sekolah kami selalu telat, sekolah selalu melanggar aturan, dan sering kabur saat pelajaran. Kami tak pernah mendengarkan pelajaran, kami benci Biologi, Fisika, Kimia, Sosiologi, Geografi, B. inggris, Ekonomi, Akuntansi, apalagi yang namanya MATEMATIKA. Uuuuh... rasanya kepala kayak mau pecah....kami sering di panggil ke kantor kepala sekolah, di marahi atas semua kesalahan kami. yang kami dapatkan selama ini hanyalah omelan, gunjingan, dan tamparan. Semua itu adalah makanan kami setiap hari. Jadi teringat saat kami di tuduh jadi maling ayam. Aneh sekali rasanya. Inilah istimewanya kami, meskipun kami tak kaya ilmu, kami masih tahu mana yang menjadi hak kami. Kebersamaan yang membuat kami menjadi lebih, saling mengingatkan membuat kami tetap sejalan, dan saling berbagi membuat kami tetap bergandengan tangan. 
        Dari sebuah Masjid kecilah kami mempunyai itu semua. kami tahu pentingnya Islam buat kami. Allah yang menjadikan kami sejauh ini, meski tak banyak prestasi dari tekad kami. Kami tahu orang menganggap kami bukan orang baik-baik, tetapi kami tahu Allah selalu membimbing kami ke jalan yang baik dan benar. Jangan salah...tampang-tampang berandalan ini tak pernah lupa shalat. Kami selalu berdoa dan kami selalu menunggu bagaimana akhir cerita ini, tentang para remaja dengan hati kecil yang di selimuti muka dosa.

Usahatani Kentang


BAB I
PENDAHULUAN
Kentang (Solanum tuberosum, L) merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai kandungan kalori dan mineral penting bagi kebutuhan manusia. Kentang merupakan salah satu pangan utama dunia setelah padi, gandum, dan jagung (Wattimena, 2000). Disamping itu, kentang termasuk salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai perdagangan domestik dan potensi ekspor yang cukup baik. Di Indonesia sering kali terjadi kendala peningkatan produksi kentang, diantaranya yaitu : (1) rendahnya kualitas dan kuantitas bibit kentang, yang merupakan perhatian utama dalam usaha peningkatan produksi kentang di Indonesia, (2) teknik budidaya yang masih konvensional, (3) faktor topografi, dimana daerah dengan ketinggian tempat dan temperatur yang sesuai untuk pertanaman kentang di Indonesia sangat terbatas, (4) daerah tropis Indonesia merupakan tempat yang optimum untuk perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman kentang (Kuntjoro, 2000). Penanaman bibit kentang bermutu, tepat waktu dan tepat umur fisiologis adalah faktor utama penentu keberhasilan produksi kentang. Upaya penyediaan benih kentang bermutu perlu dilandasi dengan sistem perbenihan yang mapan. (Wattimena, 2000)
           


BAB II
TEORI USAHATANI
            Kentang termasuk tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropika dan subtropika (Ewing dan Keller, 1982), dapat tumbuh pada ketinggian 500 sampai 3000 m di atas permukaan laut, dan yang terbaik pada ketinggian 1300 m di atas permukaan laut. Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada tanah yang subur, mempunyai drainase yang baik, tanah liat yang gembur, debu atau debu berpasir. Tanaman kentang toleran terhadap pH pada selang yang cukup luas, yaitu 4,5 sampai 8,0, tetapi untuk pertumbuhan yang baik dan ketersediaan unsur hara, pH yang baik adalah 5,0 sampai 6,5. Menurut Asandhi dan Gunadi (1989), tanaman kentang yang ditanam pada pH kurang dari 5,0 akan menghasilkan umbi yang bermutu jelek. Di daerah-daerah yang akan ditanam kentang yang menimbulkan masalah penyakit kudis, pH tanah diturunkan menjadi 5,0 sampai 5,2.
Pertumbuhan tanaman kentang sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Tanaman kentang tumbuh baik pada lingkungan dengan suhu rendah, yaitu 15 sampai 20 oC, cukup sinar matahari, dan kelembaban udara 80 sampai 90 % (Sunarjono, 1975).
Suhu tanah berhubungan dengan proses penyerapan unsur hara oleh akar, fotosintesis, dan respirasi. Menurut Burton (1981), untuk mendapatkan hasil yang maksimum tanaman kentang membutuhkan suhu optimum yang relatif rendah, terutama untuk pertumbuhan umbi, yaitu 15,6 sampai 17,8 oC dengan suhu ratarata 15,5 oC. Dengan penambahan suhu 10 oC, respirasi akan bertambah dua kali lipat. Jika suhu meningkat, laju pertumbuhan tanaman meningkat sampai mencapai maksimum. Laju fotosintesis juga meningkat sampai mencapai maksimum, kemudian menurun. Pada waktu yang sama laju respirasi secara bertahap meningkat dengan meningkatnya suhu. Kehilangan melalui respirasi lebih besar daripada tambahan yang dihasilkan oleh aktivitas fotosintesis. Akibatnya, tidak ada peningkatan hasil netto dan bobot kering tanaman dan umbi menurun.
Di Indonesia pada umumnya kentang dibudidayakan di dataran tinggi, hal ini menjadi kendala dalam menjaga kelestarian alam. Pengusahaan kentang di dataran tinggi terus-menerus dapat merusak lingkungan, terutama terjadinya erosi dan menurunkan produktivitas tanah. Perluasan penanaman kentang di dataran medium dapat menjadi salah satu langkah alternatif yang dapat diupayakan. Khususnya di lahan sawah tadah hujan untuk membantu peningkatan pendapatan petani (Subhan dan Asandhi, 1998).


BAB III
TEKNIK USAHATANI
3.1 Pengolahan Tanah
            Tanah diolah sampai gembur dengan kedalaman 20-35 cm, disisir sampai halus dan dibiarkan dua minggu agar terkena sinar matahari. Tanah yang sudah diolah dibuat menjadi blok, kemudian dibuat petak-petak penanaman. Jarak tanam yang digunakan yaitu 70 x 25 cm dan 60 x 25 cm. Pada penanaman, kentang ditanam dua baris diantara garitan. Lahan yang telah dipersiapkan berupa alur atau garitan-garitan diberi pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk buatan. Pemberian dilakukan dengan cara diberikan setempat diantara umbi kentang yang akan ditanam, yaitu pupuk buatan di atas pupuk kandang dan ditutup dengan tanah tipis. Kemudian bibit ditanam pada lubang-lubang yang telah disiapkan dengan kedalaman tanam 25-30 cm, selanjutnya ditutup dengan tanah.

3.2 pemupukan
            Pemberian pupuk kimia, pupuk kandang dan Furadan 3G dengan dosis sesuaiperlakuan semuanya diberikan pada saat tanam. Dosis pupuk urea 300 kg/ha, Za 100 kg/ha, SP-36 200 kg/ha, KCl 200 kg/ha, pupuk organik 5 ton/ha dan mulsa jerami 5 ton/ha.

3.3 Tenaga Kerja
            Untuk tenaga  kerja, jumlahnya menyesuaikan luas lahan yang akan ditanami kentang, karena diperlukan pemeliharaan tanaman yang terdiri atas pengairan, penyiangan gulma, dan pemberantasan hama serta penyakit.
Penyiangan atau pembersihan gulma (tanaman pengganggu) dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 4 dan 6 minggu setelah tanam, untuk penyiangan berikutnya dilakukan bila dirasakan perlu. Sambil penyiangan, dilakukan pula penyulaman pada tanaman yang tidak tumbuh atau pada tanaman yang tumbuhnya kurang baik.
Bersamaan penyiangan dilakukan pula pembumbunan sebanyak dua sekali pada minggu kedua dan keempat, kemudian pembumbunan berikutnya dilakukan bila dirasa perlu.
Untuk mengendalikan serangan cendawan Phytopthora Infestan yang dikenal sebagai penyakit yang paling penting pada tanaman kentang digunakan Dithane M-45 0,2 % saat tanaman berumur 4 MST. Sedangkan untuk mengatasi serangan hama digunakan insektisida Bayrusil 0,2 %. Penyemprotan fungisida dilakukan bila tanaman telah menunjukkan gejala serangan. Selain bahan kimia juga digunakan agensi hayati seperti Tricoderma dan Gliocladium.

3.4 Panen
Kandungan air dalam umbi kentang merupakan indikasi dari tingkat kesegaran sehingga sangat berpengaruh terhadap mutu, terutama mutu fisik. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan setelah penyimpanan diketahui bahwa penyimpanan umbi kentang dalam ruangan dengan suhu 10o C selama delapan hari dapat mempertahankan kandungan air sehingga secara visual umbi kentang tetap segar seperti baru di panen. Apabila kadar air umbi kentang yang baru dipanen dibandingkan dengan kadar air umbi kentang setelah disimpan 8 hari dalam suhu 10O C cenderung terjadi peningkatan (Tabel 4.). Hal tersebut terjadi karena proses metabolisme yang terjadi selama dalam penyimpanan dapat mengakibatkan perubahan komponen non air terutama karbohidrat, sementara laju respirasi dan transpirasi dapat ditekan sehingga secara prosentase kadar air dalam umbi kentang meningkat.
            Penyimpanan umbi kentang yang dilakukan selama 4 hari dalam suhu 10OC kemudian dipindahkan ke suhu ruang (18 – 21OC) selama 4 hari dan penyimpanan selama 8 hari dalam suhu ruang (18 – 21OC) ternyata dapat mengakibatkan penurunan kadar air antara 0,81% - 1,98% (Tabel 4). Penurunan kadar air terjadi karena pengaruh suhu, yaitu semakin tinggi suhu akan semakin mempercepat laju respirasi dimana salah satu hasil respirasi adalah H2O.
Perubahan komposisi kimia umbi kentang olahan yang tidak diharapkan selama dalam penyimpanan salah satunya adalah peningkatan kadar gula reduksi. Diketahui bahwa secara umum penyimpanan dapat meningkatkan kadar gula reduksi. Penyimpanan dalam suhu 10OC selama 8 hari mengakibatkan kenaikan kadar gula reduksi tertinggi yaitu berkisar antara 0,096 – 0,109%. Hal tersebut terjadi karena selama penyimpanan proses metabolisme terus berjalan, sementara laju respirasi dapat ditekan sehingga terjadi akumulasi gula reduksi.


DAFTAR PUSTAKA
Wattimena, G. A. 2000. Pengembangan Propagul Kentang Bermutu an Kultivar Kentang Unggul dalam Mendukung Peningkatan Produksi Kentang di Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 86p.
Subhan dan A. A. Asandhi. 1998. Pengaruh Penggunaan Pupuk Urea dan ZA terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang di Dataran Medium. J. Hort. 8 (1): 983-987.
Kuntjoro, A. S. 2000. Produksi Umbi Mini Kentang G0 Bebas Virus melalui Perbanyakan Planlet secara Kultur Jaringan di PT. Intidaya Agrolestari (Inagro) Bogor – Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Budi Daya Pertanian Fakultas Pertanian IPB. 62p.
Effendie, K. 2003. Kentang Prosesing Untuk Agroindustri. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 24 (2): 1-3.